Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kasus Marko Simic dan Sisi Muram Sepakbola Nasional

27 April 2022   12:59 Diperbarui: 28 April 2022   09:15 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marko Simic, eks pemain Persija Jakarta asal Kroasia (Kompas.com)

Bursa transfer pemain di Liga 1 Indonesia tengah aktif, dan menghadirkan banyak nama pemain dan pelatih baru, dengan aneka macam latar belakang. Mulai dari pemain lokal sampai pelatih jebolan Bundesliga Jerman macam Thomas Doll.

Tapi, di balik semua optimisme yang ada, terselip situasi muram, yang datang dari Marko Simic. Melalui akun media sosialnya, Simic mengucapkan salam perpisahan, khususnya kepada suporter Persija Jakarta, pada Selasa (26/4) lalu.

Dengan demikian, berakhir sudah kiprah sang bomber bersama klub ibukota, yang sudah berjalan sejak lebih dari empat tahun, dengan torehan total 98 gol dan satu trofi liga, harus terakhir muram.

Tapi, salam perpisahan Super Simic kali ini terdengar getir, karena ia secara terang-terangan mengungkapkan, Persija Jakarta masih menunggak gajinya selama satu tahun terakhir.

Sebenarnya, kontrak penyerang berusia 34 tahun ini masih berlangsung sampai tahun 2023. Tapi, karena permasalahan gaji ini, ia memilih mengakhiri kontraknya lebih awal, tanpa perlu membayar kompensasi apapun.

Secara legal, ini sah, karena aturan FIFA sendiri memperbolehkan. Dengan catatan, gaji si pemain tertunggak minimal selama tiga sampai enam bulan beruntun, atau ada pelanggaran kontrak serius.

Dari sini, terungkaplah alasan, kenapa penyerang asal Kroasia sering ditepikan, atau sulit tampil maksimal di Liga 1 musim ini. Padahal, sebelumnya ia begitu diandalkan.

Memang, Persija pasti akan segera mengklarifikasi dalam waktu dekat, karena warganet sudah beramai-ramai mengkritik, seiring naiknya pemberitaan di media.

Tapi, apapun penjelasan mereka nanti, kalau benar gaji Simic ditunggak sampai setahun lamanya, ini jelas memprihatinkan. Ternyata, satu masalah lama di sepak bola nasional masih eksis: gaji yang ditunggak.

Karena pemain bintang liga macam Simic saja masih dibeginikan, kita patut menduga, jangan-jangan permasalahan serupa masih terjadi di klub lain, dan belum beres.

Apalagi, sejak awal pandemi, pemasukan klub dari penjualan tiket di stadion relatif nihil. Maklum, penonton dilarang menonton langsung pertandingan di stadion.

Padahal, selain kontrak sponsor, inilah satu sektor yang banyak diandalkan klub untuk mengeruk uang. Tapi, kalau melihat situasi kontrak sponsornya, Persija (dan beberapa klub lain) memang punya sponsor yang ternyata adalah perusahaan bermasalah.

Seperti diketahui, berdasarkan penelusuran PPATK, Persija Jakarta, PSS Sleman, Bhayangkara FC, Borneo FC, dan Madura United diketahui menjalin kerjasama sponsor dengan beberapa perusahaan robot trading, dengan nilai total mencapai miliaran rupiah.

Masalahnya, ketika robot trading ini ternyata adalah investasi bodong, klub harus mengembalikan dana yang sudah dipakai. Alhasil, mereka pun rugi, dan harus mengakalinya.

Salah satu cara klasiknya adalah, dengan menunggak gaji pemain, terutama yang angka gajinya paling banyak. Tentu saja, ini tidak profesional, karena dalam kapasitasnya sebagai pekerja, seorang pemain profesional berhak mendapatkan gaji.

Jika si pemain ternyata masih "dipaksa" bekerja sukarela, dengan bermain selama setahun tanpa digaji, seharusnya klub itu malu jika masih menyebut diri sebagai klub profesional. Kecuali, klub itu sedang dalam situasi bangkrut, seperti Parma (klub liga Italia) beberapa tahun lalu.

Secara regulatif, PSSI sebenarnya bisa saja menjatuhkan sanksi pengurangan sembilan poin. Dengan catatan, klub terbukti bersalah, dan PSSI bisa tegas.

Masalahnya, dalam hal ketegasan, PSSI kadang susah ditebak. Kadang, mereka bisa sangat keras, kadang bisa sangat lunak.

Mungkin, cara Marko Simic mengucapkan perpisahan dan menyebut masalah tunggakan gajinya di media sosial terlihat kurang mengenakkan. Apalagi, kalau ini menjadi viral di mancanegara.

Sederhananya, gaji ditunggak, warganet bertindak, karena tidak ada tempat lain untuk mengadu. Ke depannya, jika klub masih bersikap kurang profesional, memviralkan di media sosial akan jadi satu kebiasaan umum.

Cara ini pernah berhasil dilakukan oleh Alex Goncalves (pemain Persikabo asal Brasil) setahun silam. Kala itu, masalahnya menjadi viral, bahkan sampai membuat Jair Bolsonaro (presiden Brasil) turun tangan membantu, sebelum akhirnya beres.

Tentu saja, kasus ini jadi satu perseden buruk, karena skalanya sudah antarnegara. Apalagi, jika sekelas presiden sudah turun tangan. Banyak berita muncul di media internasional, tapi sayang beritanya kurang baik.

Klub liga Indonesia mungkin bisa saja kompak mem-blacklist Simic atau pemain asing lain yang senasib. Masalahnya, jika seluruh dunia sudah terlanjur tahu, Liga 1 bisa dihindari oleh pemain asing, akibat masalah tunggakan gaji sebegitu parah.

Sudah parah, ternyata juga berulang dan diketahui media internasional. Memalukan sekali.

Berhubung masalah tunggakan gaji ini ternyata masih terjadi, bahkan sampai setahun, sudah saatnya PSSI menerapkan regulasi finansial yang tegas, misalnya dengan membudayakan transparansi keuangan, dan cermat dalam memilih sponsor klub.

Dengan begitu, akuntabilitas dan kesehatan finansial klub bisa dimonitor. Masalah tunggakan gaji pemain pun bisa ikut tertangani dengan baik.

Kebiasaan ini perlu segera dibangun, supaya jika ada masalah seperti dialami Simic, tak perlu menunggu masalah itu viral sebelum diambil tindakan. Karena, bisa repot kalau warganet ikut ambil tindakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun