Mereka hadir sebagai kekuatan dominan di dalam negeri, dan jarang sekali bisa diganggu. Kalaupun ada tim diluar ketiganya, yang bisa membuat kejutan, biasanya tim itu akan digembosi, entah oleh klub raksasa domestik, atau klub top luar negeri.
Tentu saja, ini menjadi satu konsekuensi tak terhindarkan. Bagaimanapun, klub juga butuh pemasukan untuk bisa bertahan hidup, sementara pemain dan pelatih tentu ingin memanfaatkan kesempatan langka: bisa "naik kelas" secara drastis dalam karir.
Fenomena ini memang agak miris, karena terkesan melanggengkan ketimpangan dan hegemoni tim kuat. Tapi, inilah sisi lain industrialisasi sepak bola, yang kadang memaksa klub harus melakukan keputusan kurang populer, demi tetap sehat, baik secara harmoni dalam tim maupun finansial.
Mungkin, inilah alasan, mengapa kedatangan taipan kaya di sebuah klub bisa disambut meriah belakangan ini. Karena dari sokongan merekalah, harapan agar siklus "lingkaran setan" ini bisa diputus bisa jadi kenyataan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI