Pola ini belakangan sempat ditiru PSG di Ligue 1 Prancis, kala mereka menggaet Kylian Mbappe dari AS Monaco. Momen ini terjadi, tak lama setelah klub masa muda Thierry Henry itu juara Ligue 1 dan lolos ke semifinal Liga Champions musim 2016/2017.
Tapi, faktor kedua menjadi satu hal unik. Penyebabnya, selain karena ikut berhubungan dengan faktor pertama, pola pikir "money oriented" juga mewakili satu pergeseran tren di klub-klub Bundesliga Jerman.
Seperti diketahui, meski terkesan membosankan, Bundesliga punya klub-klub dengan akademi pemain muda cukup bagus. Makanya, selalu saja ada pemain muda berbakat yang muncul di sini, karena akademi mereka diberdayakan dengan baik.
Tapi, tren itu belakangan mulai bergeser, khususnya sejak suksesnya strategi transfer ala RB Leipzig. Seperti diketahui, sejak kemunculannya di kasta tertinggi, mereka cukup rutin menjual mahal pemain muda yang mereka orbitkan.
Selain Upamecano dan Sabitzer, ada Ibrahima Konate dan Naby Keita yang diboyong Liverpool dan Timo Werner yang dibeli mahal oleh Chelsea. Kebiasaan ini sejalan dengan konsep "beli murah jual mahal" yang memang menjadi rumus transfer andalan Si Banteng Merah.
Alhasil, klub yang tadinya lebih banyak mengandalkan akademi pemain muda sebagai "komoditas ekspor", kini mulai mengoptimalkan kemampuan pencari bakat. Hasilnya, muncul pemain-pemain muda yang direkrut dengan harga murah, tapi dapat dipoles kemampuannya, sehingga mampu berkembang dan dijual mahal.
Belakangan, strategi transfer ini juga ditiru Borussia Dortmund, saat mereka menjual mahal Christian Pulisic ke Chelsea, dan Jadon Sancho ke Manchester United. Daftar ini hampir dipastikan masih akan bertambah, karena mereka punya Erling Haaland dan Jude Bellingham, yang sudah dilirik klub raksasa Eropa.
Selain RB Leipzig dan Dortmund, klub-klub lain yang juga diketahui melakukan pendekatan serupa antara lain Hoffenheim dan Bayer Leverkusen.
Hoffenheim mengeruk cuan setelah menjual Roberto Firmino ke Liverpool dengan ongkos 41 juta euro, tahun 2015 silam. Sebelumnya, Hoffe hanya mengeluarkan ongkos 4 juta euro saat mendatangkannya dari Figueirense, klub liga Brasil.
Kasus unik muncul pada kebijakan transfer Bayer Leverkusen. Klub milik perusahaan farmasi Bayer itu tak hanya mengandalkan strategi "beli murah jual mahal", tapi juga memberdayakan pemain didikan akademi klub.