Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memahami Kode Pamitan Lionel Messi dan Angel Di Maria

27 Maret 2022   10:52 Diperbarui: 27 Maret 2022   10:56 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertandingan kualifikasi Piala Dunia zona CONMEBOL antara Argentina versus Venezuela, Sabtu (26/3, pagi WIB) menyisakan satu paket cerita. Bukan hanya soal hasil akhir, tapi momen lain yang tak kalah menarik.

Dari segi hasil akhir, tim asuhan Lionel Scaloni memang tampil dominan di Buenos Aires. Diinspirasi sepasang assist Rodrigo De Paul dan satu assist dari Angel Di Maria, gol-gol Nicolas Gonzalez, Angel Di Maria, dan Lionel Messi memberikan poin penuh buat Argentina.

Skor 3-0 di pertandingan ini juga menjadi penjelasan sederhana, dari penampilan dominan Tim Tango atas tim juru kunci klasemen kualifikasi. Hasil yang sekaligus menjaga rekor belum terkalahkan mereka sepanjang kualifikasi Piala Dunia 2022.

Selain La Seleccion, hanya Brasil yang punya catatan serupa. Tak heran, langkah kedua jagoan Amerika Selatan ini menuju Qatar tergolong mulus.

Di sisi lain, pertandingan yang dihelat di Stadion La Bombonera ini juga menyajikan momen "lempar kode" yang dilakukan Lionel Messi dan Angel Di Maria. Kapten dan wakil kapten Timnas Argentina ini sama-sama melempar kode akan pensiun dari Timnas usai Piala Dunia 2022, setelah laga ini usai, sambil berterima kasih kepada suporter, atas dukungan besar yang telah diberikan.

Kebetulan, pertandingan di kandang klub Boca Juniors ini menjadi partai kandang terakhir Argentina di babak kualifikasi. Setelahnya, mereka akan bertandang ke markas Ekuador, dan akan melakoni pertandingan tunda melawan Brasil, yang sempat dibatalkan karena ada interupsi dari otoritas berwenang di Brasil.

Kembali ke "kode" pensiun Messi dan Di Maria, keputusan mereka bisa dimengerti, karena usia mereka. Saat Piala Dunia Qatar nanti, Messi berusia 35 tahun, sementara Di Maria 34 tahun. Usia yang memang senior untuk ukuran pesepakbola.

Dengan lebih dari 100 penampilan bersama La Albiceleste, kita sudah melihat bersama, seberapa panjang perjalanan dua pemain PSG ini, bahkan sejak di level junior, lengkap dengan jatuh bangunnya.

Di tengah bermunculannya bintang-bintang muda, mereka masih bisa terus beredar di level tertinggi, bahkan meraih trofi Copa America pertama sejak 1993, dengan Messi menjadi top skorer dan pemain terbaik turnamen, sementara Di Maria mencetak gol di pertandingan final.

Dari sini saja, kita bisa melihat, seberapa bagus efek pengalaman dan kemampuan mereka buat tim. Makanya, saat Messi sempat memutuskan pensiun dari Timnas usai Copa America Centenario 2016, publik sepak bola Argentina kompak melakukan aksi demo turun ke jalan.

Mereka memohon agar sang bintang mau membatalkan keputusan itu.
Maklum, saat itu Si Kutu sedang dalam usia puncak performa pesepakbola. Sangat disayangkan kalau berhenti terlalu cepat.

Hebatnya, bukan cuma suporter yang turun tangan, Mauricio Macri (presiden Argentina saat itu) juga ikut membujuk Leo agar mau kembali bermain di tim nasional. Semua bujukan ini akhirnya mampu membuat sang bintang luluh, dan membatalkan keputusan pensiun.

Keputusan ini belakangan terbukti tepat, karena sejak saat itu, Argentina terus berkembang bahkan menjadi juara Copa America, dengan Rodrigo De Paul dan Lautaro Martinez muncul sebagai andalan baru di lini serang.

Tapi, ketika dua rekan sehati ini melempar kode pamit di akhir tahun 2022 nanti, keputusan ini jelas sudah final, tak bisa diganggu gugat. Mereka sudah pasti menyadari, Argentina butuh penyegaran, supaya bisa tetap kompetitif di level tertinggi.

Di sini, mereka tampaknya belajar betul dari absensi beruntun Italia di Piala Dunia. Meski juarai Euro 2020, dampak kemandekan regenerasi playmaker Gli Azzurri sejak generasi Andrea Pirlo masih terasa. Sejak Si Metronom pensiun, belum ada lagi pengganti berkualitas sepadan yang bisa diandalkan.

Makanya, ketika Messi dan Di Maria kali ini benar-benar pamit, keputusan ini seharusnya bisa dimengerti, karena Argentina sebagai sebuah tim saat ini sudah punya sistem permainan baku.

Belakangan, di era Lionel Scaloni, ketergantungan besar pada Messi bisa mulai dikurangi. Andai performa La Pulga melempem, performa tim tidak ikut melempem, karena ada pemain lain yang siap menggantikan perannya, layaknya mesin cadangan pada mobil bermesin ganda.

Bisa dibilang, Argentina era Scaloni menjadi fase akhir Timnas Argentina bersama Messi, sekaligus masa transisi menuju kehidupan setelah Messi.

Era Messi dan Di Maria di Timnas Argentina sudah mendekati halaman akhir, dengan Piala Dunia 2022 sebagai panggung penutup. Entah apa yang akan mereka tampilkan di Qatar nanti, tapi, semoga mereka bisa memekarkan bunga terakhir di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun