Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengurai Benang Merah antara Timnas Indonesia, Rekrutmen Pemain Keturunan, dan Lini Belakang

3 Maret 2022   15:15 Diperbarui: 4 Maret 2022   10:08 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandy Walsh dan Jordi Amat (Kolase foto: Instagram Sandy Walsh dan Geoff Canddick/AFP via Kompas.com)

Dalam beberapa pekan terakhir, berita soal prospek "rekrutmen" pemain keturunan Indonesia untuk memperkuat Timnas Indonesia terus bergulir, dengan berbagai perkembangan.

Mulai dari progres naturalisasi, nama-nama baru yang muncul, sampai adanya pembatasan kuota jumlah pemain keturunan yang "direkrut" ke Timnas Indonesia.

Untuk proses naturalisasi, sudah ada Jordi Amat (kelahiran Spanyol) dan Sandy Walsh (Belgia) yang sudah menyerahkan berkas kelengkapan. Berhubung progresnya positif, keduanya bisa dibilang tinggal menunggu waktu dan pengesahan dari FIFA dan pemerintah Indonesia, untuk bisa memperkuat Tim Garuda.

Nama lain yang menunjukkan sinyal positif adalah Shayne Pattynama (23). Pemain Viking FK (Norwegia) kelahiran Belanda ini sudah menyatakan kesediaan menjadi WNI.

Sebelumnya, ada 3 pemain lain yang coba didekati PSSI, yakni Mees Hilgers, Kevin Diks, dan Tijani Reijnders (Belanda). Tapi, ketiganya menolak.

Selain enam nama di atas, ada empat nama lain yang ada dalam radar PSSI, yakni Ragnar Oratmangoen dan Jordi Wehrmann (Belanda), Emil Audero Mulyadi (Italia) dan Cyrus Margono (Amerika Serikat).

Di antara keempatnya, nama Emil Audero Mulyadi menjadi yang paling familiar. Maklum, kiper utama Sampdoria ini pernah didekati PSSI sebelumnya.

Hanya saja, eks kiper timnas junior Italia ini sempat menolak, karena dirinya sempat dipandang sebagai kiper potensial di Italia, dan bercita-cita main di Piala Dunia. Kali ini, PSSI coba mendekatinya lagi, setelah prospek si pemain masuk ke Timnas Italia senior terlihat sulit, karena banyaknya kiper berkualitas di sana.

Shayne Pattynama (Tribunnews.com)
Shayne Pattynama (Tribunnews.com)
Tapi, berhubung kariernya di Sampdoria masih stabil, tidak menutup kemungkinan tawaran PSSI akan ditolak lagi. Indikasi ini setidaknya terlihat dari adanya nama Cyrus Margono sebagai rencana cadangan.

Kiper blasteran Indonesia-Iran ini dipandang punya profil menarik. Selain karena posturnya yang menjulang (190 cm), usianya juga masih muda (20 tahun). Jadi, masih bisa berkembang lebih jauh.

Ditambah lagi, kiper kelahiran Amerika Serikat ini memperkuat Panathinaikos, klub raksasa Yunani yang kerap tampil di kompetisi antarklub Eropa. Dengan aturan liga Yunani yang tidak terlalu ketat soal pemain non-Uni Eropa, ia bisa memperkuat Timnas Indonesia, tanpa khawatir soal karier bermain di Eropa.

Meski pelatih Shin Tae-yong menyatakan belum berminat, minat sang pemain untuk menjadi WNI bisa menjadi nilai plus. Dengan catatan, tak ada panggilan dari Timnas Amerika Serikat dalam waktu dekat, karena Timnas Amerika Serikat adalah tim langganan tampil di Piala Dunia.

Adanya sejumlah pemain keturunan yang didekati, bahkan berlanjut ke proses naturalisasi, tentu menjadi satu kabar bagus, karena bisa menambah kekuatan Timnas Indonesia.

Nama-nama ini berpotensi bertambah, karena penelusuran dan pendekatan masih terus dilakukan oleh Hasani Abdulgani. Salah satu anggota Exco PSSI ini dikenal punya kemampuan dan jejaring relasi yang baik di Eropa, dalam menelusuri pemain keturunan Indonesia di luar negeri.

Dari penelusurannya, ada sejumlah nama pemain keturunan Indonesia yang akhirnya berseragam Merah-Putih, mulai dari Irfan Bachdim (Belanda), Stefano Lilipaly (Belanda), Ezra Walian (Belanda), hingga yang paling gres Elkan Baggott (Inggris).

Di luar nama-nama pemain keturunan dari Eropa, Timnas Indonesia juga punya Ronaldo Kwateh. Hanya saja, penyerang blasteran Indonesia-Liberia ini memang lahir dan tinggal di Indonesia.

Meski sama-sama pemain keturunan Indonesia, kasusnya berbeda dengan Elkan Baggott, yang lahir di Bangkok (Thailand) dan sempat lama tinggal di Inggris.

Elkan Baggott (Kompas.com)
Elkan Baggott (Kompas.com)
Tapi, di antara nama-nama terkini yang berpeluang dinaturalisasi, ada satu fakta unik yang muncul. Dari kesepuluh nama yang didekati, hanya tiga nama yang bukan bek atau kiper, yakni Ragnar Oratmangoen (gelandang sayap), Tijani Reijnders (gelandang), dan Jordi Wehrmann (gelandang).

Jika lebih spesifik lagi, dari ketiga nama pemain keturunan yang berpeluang dinaturalisasi, semuanya berposisi bek. Sebelumnya, ada Elkan Baggott yang merupakan seorang bek tengah.

Kebetulan? Sama sekali tidak.

Di sini, saya melihat ada satu benang merah, antara pemain naturalisasi, lini belakang, dan Timnas Indonesia.

Ada masalah di lini belakang Tim Garuda, yang membuatnya rawan diekspos. Di Piala AFF 2020 saja, Asnawi Mangkualam dkk kebobolan total 13 gol, meski sukses mencetak 20 gol.

Kelemahan ini tampak terekspos habis di leg pertama final, kala Indonesia takluk 0-4 atas Thailand. Kala itu, absensi Pratama Arhan akibat akumulasi kartu kuning membuat lini belakang timnas rapuh di sisi kiri.

Titik inilah yang jadi sasaran empuk Thailand, dan rupanya disadari sebagai sektor yang perlu segera dibenahi. Shin Tae-yong membutuhkan tambahan kekuatan di sektor belakang, untuk memperkuat kedalaman kualitas di lini belakang.

Jadi, meski media Indonesia selama ini banyak memberitakan masalah di sektor penyerang yang dinilai melempem, kedatangan calon pemain-pemain naturalisasi berposisi bek ini justru menunjukkan, ada strategi pengalihan isu yang cukup cerdik dari eks pelatih Timnas Korea Selatan.

Melempemnya lini depan jadi isu yang tampak dibiarkan bergulir dan digoreng sampai gosong, tapi munculnya nama-nama pemain keturunan di posisi bertahan, jelas menjadi bantahan sempurna.

Seharusnya, ini bisa dilihat dari kedatangan Elkan Baggott, bek tengah tinggi besar setinggi nyaris dua meter. Tipikal bek tengah umum di era kekinian, tapi masih langka di Indonesia.

Jelas, masalah terbesar ada di belakang, bukan di depan. Lini belakang memang terbukti masih "bocor-bocor sampai tumpeh-tumpeh", bahkan saat masih menghadapi sesama tim Asia Tenggara.

Bagaimana kalau nanti bertemu tim Timur Tengah atau Asia Timur?

Makanya pemain-pemain naturalisasi berposisi bek-lah yang datang. Jika hasilnya bagus, maka bukan kejutan kalau nanti posisi-posisi lain juga akan diisi pemain keturunan.

Ini dilakukan, bukan karena kualitas pemain lokal kita kurang, tapi karena ekspektasi federasi yang terlalu tinggi dan celakanya merasuk ke dalam pikiran sebagian publik sepak bola nasional.

Tentunya, ini adalah satu pesan tersirat dari Shin Tae-yong, supaya PSSI bisa serius berbenah. Jadi, tanpa repot ditelusuri pun, pemain keturunan akan datang dengan sendirinya.

Shin Tae-yong (Kompas.com)
Shin Tae-yong (Kompas.com)
Mendatangkan pemain keturunan Indonesia memang bukan strategi baru, khususnya selama pengurus sepak bola nasional masih berpola pikir instan.

Tapi, strategi "pengalihan isu" ala Shin Tae-yong membuat strategi ini terlihat menarik, karena akhirnya punya unsur kejutan, yang sukses memanfaatkan kegaduhan soal lini depan.

Selanjutnya, mari kita tunggu, kejutan apa lagi yang akan datang dari strategi rekrutmen pemain keturunan ala pelatih asal Korea Selatan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun