Ada masalah di lini belakang Tim Garuda, yang membuatnya rawan diekspos. Di Piala AFF 2020 saja, Asnawi Mangkualam dkk kebobolan total 13 gol, meski sukses mencetak 20 gol.
Kelemahan ini tampak terekspos habis di leg pertama final, kala Indonesia takluk 0-4 atas Thailand. Kala itu, absensi Pratama Arhan akibat akumulasi kartu kuning membuat lini belakang timnas rapuh di sisi kiri.
Titik inilah yang jadi sasaran empuk Thailand, dan rupanya disadari sebagai sektor yang perlu segera dibenahi. Shin Tae-yong membutuhkan tambahan kekuatan di sektor belakang, untuk memperkuat kedalaman kualitas di lini belakang.
Jadi, meski media Indonesia selama ini banyak memberitakan masalah di sektor penyerang yang dinilai melempem, kedatangan calon pemain-pemain naturalisasi berposisi bek ini justru menunjukkan, ada strategi pengalihan isu yang cukup cerdik dari eks pelatih Timnas Korea Selatan.
Melempemnya lini depan jadi isu yang tampak dibiarkan bergulir dan digoreng sampai gosong, tapi munculnya nama-nama pemain keturunan di posisi bertahan, jelas menjadi bantahan sempurna.
Seharusnya, ini bisa dilihat dari kedatangan Elkan Baggott, bek tengah tinggi besar setinggi nyaris dua meter. Tipikal bek tengah umum di era kekinian, tapi masih langka di Indonesia.
Jelas, masalah terbesar ada di belakang, bukan di depan. Lini belakang memang terbukti masih "bocor-bocor sampai tumpeh-tumpeh", bahkan saat masih menghadapi sesama tim Asia Tenggara.
Bagaimana kalau nanti bertemu tim Timur Tengah atau Asia Timur?
Makanya pemain-pemain naturalisasi berposisi bek-lah yang datang. Jika hasilnya bagus, maka bukan kejutan kalau nanti posisi-posisi lain juga akan diisi pemain keturunan.
Ini dilakukan, bukan karena kualitas pemain lokal kita kurang, tapi karena ekspektasi federasi yang terlalu tinggi dan celakanya merasuk ke dalam pikiran sebagian publik sepak bola nasional.
Tentunya, ini adalah satu pesan tersirat dari Shin Tae-yong, supaya PSSI bisa serius berbenah. Jadi, tanpa repot ditelusuri pun, pemain keturunan akan datang dengan sendirinya.