Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Melihat Geliat "Rekrutmen" Pemain Keturunan di Timnas Benua Afrika

24 Februari 2022   16:05 Diperbarui: 26 Februari 2022   00:27 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riyad Mahrez dan Hakim Ziyech (Getty composite/Goal.com)

Abdoulaye Doucoure, Ibrahima Konate, dan Moussa Dembele (Dailymail.co.uk)
Abdoulaye Doucoure, Ibrahima Konate, dan Moussa Dembele (Dailymail.co.uk)
Sebelumnya, mereka pernah coba mendekati Adama Traore, tapi pemain kekar itu lebih memilih berseragam Timnas Spanyol, bukan Mali, yang notabene negara asal orangtuanya. 

Sebelum Traore, ada N'Golo Kante yang memilih berseragam Timnas Prancis
Upaya Mali mendekati pemain keturunan terlihat masuk akal, karena Yves Bissouma dkk akan bersiap menghadapi Tunisia, di final play off kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Afrika, akhir Maret mendatang.

Jika menang, Mali akan mencatat debut di Piala Dunia. Posisi ini bisa jadi satu daya tarik tersendiri bagi para pemain keturunan. Makanya, MFF berani bergerak. Lagipula, siapa sih yang tidak mau mendapat peluang tampil di Piala Dunia?
Daftar ini berpotensi akan bertambah, karena ada Aaron Wan-Bissaka (eks pemain junior Timnas Inggris) yang didekati Timnas Kongo, negara leluhurnya. Sama seperti Mali, tim asuhan Hector Cuper (Argentina) ini akan bertarung di babak play off kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Afrika, dengan Maroko sebagai lawan.

Fenomena "merekrut" pemain keturunan juga terjadi di negara-negara kuat lain di Afrika, antara lain Kamerun, Ghana dan Nigeria.

Ghana pernah diperkuat Kevin Prince Boateng (kelahiran Jerman), plus Ayew bersaudara (Andre dan Jordan, lahir di Prancis). Nigeria punya Victor Moses, Dominic Solanke, Ola Aina, Joe Aribo dan Alex Iwobi (eks pemain junior Timnas Inggris), sementara lini depan Kamerun diperkuat Eric Choupo-Moting (kelahiran Jerman), dan sempat juga punya Joel Matip (kelahiran Jerman) di lini belakang.

Melihat situasinya, fenomena ini sebenarnya wajar, dan FIFA pun mengaturnya dengan jelas. Di sini, saya memilih menjadikan negara Afrika sebagai contoh, karena kondisi persepakbolaan nasional di sana kurang lebih mirip dengan Indonesia. Jadi, ini lebih relevan.

Bedanya, banyak imigran Afrika di Eropa yang berpaspor Uni Eropa. Jadi, mereka tidak akan kesulitan jika harus memilih negara leluhur. Selain itu, rata-rata dari mereka berani "go abroad" di usia muda.

Mentalitas ini, ditambah bakat alam memang menjadi satu alasan, mengapa  Afrika selalu punya pemain berkualitas, sekalipun kualitas tata kelola sepak bola nasional di sana tidak beda jauh dengan Indonesia. Ada kemauan kuat untuk berkembang dan memperbaiki nasib yang sama kuat.

Di sisi lain, keberadaan pemain keturunan di Timnas negara Afrika justru terlihat diterima dengan baik di negara leluhurnya, karena dari masa ke masa, sudah ada banyak pemain keturunan Afrika yang justru memilih berseragam Timnas Eropa.

Mulai dari era Jean Tigana (Prancis/Mali), Romelu Lukaku (Belgia/Kongo), Mario Balotelli (Italia/Ghana), Jerome Boateng (Jerman/Ghana), Nani (Portugal/Cape Verde) sampai Bukayo Saka (Inggris/Nigeria).

Mario Balotelli, pemain Italia keturunan Ghana (Goal.com)
Mario Balotelli, pemain Italia keturunan Ghana (Goal.com)
Daftar ini masih akan terus bertambah, selama kesempatan itu masih ada, dan regulasinya masih memungkinkan. FIFA sendiri mengizinkan pemain keturunan untuk bisa memperkuat Timnas tanpa menjalani masa tinggal lama di satu negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun