Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sedikit Saran Soal Garuda Select

21 Februari 2022   17:14 Diperbarui: 22 Februari 2022   19:46 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad Garuda Select angkatan Bagus Kahfi (Dok Garuda Select via Kompas.com)

Sejak sedekade terakhir, PSSI beberapa kali mengadakan program pelatihan untuk pemain muda dengan mengirim satu tim berisikan sejumlah pemain muda Indonesia (U-19 ke bawah) ke luar negeri.

Negara tujuannya adalah Uruguay (SAD),sampai Inggris (Garuda Select). Untuk program yang disebut terakhir, PSSI bekerja sama dengan Mola TV (milik grup Djarum).

Tak heran, para pemain muda yang jadi peserta program "Garuda Select" sempat mencicipi suasana pelatihan di Como, klub Serie B Italia milik grup Djarum.

Hanya saja, format kedua program ini sedikit berbeda. SAD ikut berkompetisi di kompetisi usia muda (amatir) seperti halnya Primavera dan Baretti di era 1990-an, sementara Garuda Select lebih banyak berujicoba dengan tim usia muda di Inggris, serta singgah di Italia dan Jerman.

Perubahan ini sebenarnya adalah satu bentuk evaluasi, setelah metode ala SAD dinilai kurang efektif. Pemain yang ada kurang bisa dimonitor pencari bakat atau direkomendasikan tim pelatih ke klub lain setelah selesai mengikuti program pelatihan, karena hanya berlaga di kompetisi amatir.

Hasil dari perubahan ini sebenarnya sudah terlihat di Garuda Select angkatan awal, dengan adanya pemain yang dikontrak klub Eropa. Mereka antara lain Brylian Aldama dan David Maulana (HNK Rijeka, Kroasia) dan Bagus Kahfi (Jong Utrecht).

Masalahnya, efektivitas program ini belakangan mulai dipertanyakan, saat Perwakilan Mola TV Mirwan Suwarso dan Timo Scheunemann (staf pelatih dan penerjemah Garuda Select) mengungkapkan ada satu masalah "turunan" yang muncul sejak Garuda Select angkatan pertama, yakni sikap manja dan mental yang kurang kuat pada beberapa pemain.

Berangkat dari masalah ini, saya terpikir untuk memberikan sedikit saran, yang barangkali bisa membantu.

Dari segi format, program Garuda Select seharusnya diubah total. Dalam artian, fokusnya bukan mengumpulkan pemain muda hasil seleksi ke dalam satu tim, tapi menggandeng agen-agen asing untuk mempromosikan bakat-bakat muda dari Indonesia.

Dengan demikian, para peserta program Garuda Select punya kesempatan bermain di luar negeri dan punya arah karier yang tertata karena punya agen pemain, seperti layaknya pemain profesional.

Di Indonesia, supervisi agen asing telah terbukti membuahkan hasil, dengan Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman telah "go abroad" ke Slovakia (sebelumnya bermain di Polandia). Langkah keduanya lalu disusul Pratama Arhan yang berangkat ke Jepang.

Ketiganya sama-sama diageni oleh Dusan Bogdanovic (Serbia) yang memang mengenal potensi pemain muda Indonesia, karena pernah bermain di Indonesia. Inilah kunci yang bisa dijadikan kriteria utama, karena telah terbukti sukses.

Dengan pengelompokan berdasarkan agen ini, para pemain bisa lebih diarahkan dan punya mental tangguh, karena tidak berada di lingkungan homogen terlalu lama.

Dari sini masalah lama berupa "pemain titipan" bisa dikikis, karena ketangguhan mental dan kualitas lebih dikedepankan.

Masalah lingkungan homogen ini merupakan satu kelemahan terbesar program Garuda Select, karena justru akan membuat para pemain agak kesulitan saat dilepas sendirian.

Akibatnya, mereka kesulitan berkembang di klub dan ujung-ujungnya pulang ke Tanah Air setelah hanya dikontrak sebentar, atau hanya menjadi spesialis cadangan di klubnya.

Kebetulan, masalah ini baru saja terjadi pada Brylian Aldama (alumni Garuda Select) di Kroasia. Kontraknya di HNK Rijeka diputus lebih awal, setelah dirinya kedapatan mengeluh soal kurangnya pemberitaan media di Kroasia.

Pada masa lalu, ada Syamsir Alam, jebolan SAD Uruguay yang sempat mencicipi pengalaman di Penarol (Uruguay), DC United (Amerika Serikat), dan CS Vise (Belgia). Tapi, sekembalinya ke Indonesia, karier bermain keponakan jurnalis senior Karni Ilyas ini justru redup, karena jarang bermain.

Belajar dari kasus-kasus di atas, mental jelas menjadi satu aspek penting. Maka, jika ada seleksi pemain lagi, pemain dengan mentalitas kurang bagus perlu dicoret, sekalipun skillnya istimewa.

Dalam banyak kasus, pemain jenis ini sering bermasalah di belakang hari dan justru akan lebih cepat layu sebelum berkembang, karena tidak cukup tangguh menghadapi kesulitan.

Satu lagi, jika hasil "Garuda Select" masih stagnan, sebaiknya program ini ditiadakan saja. Buat apa "menyekolahkan" pemain muda Indonesia ke luar negeri, kalau hanya untuk dijadikan pemain di liga Indonesia?

Benar-benar kurang kerjaan. Sudah boros, tidak efektif juga, karena orientasinya instan. Seperti buah mentah yang dikarbit.

Kenapa tidak ikut turnamen tarkam sekalian? Lebih bermanfaat dan bisa menghidupkan gairah sepak bola di Indonesia.

Toh banyak pemain jebolan tarkam di liga Indonesia dan banyak pemain Indonesia yang main di turnamen tarkam saat libur kompetisi.

Percuma punya pengalaman berlatih di luar negeri, kalau outputnya seperti itu. Bermain di klub saja jarang sekali, mana bisa masuk Timnas, kecuali kalau sistem "pemain titipan" masih ada.

Maka, PSSI dan MOLA TV tak perlu repot-repot menyekolahkan pemain ke luar negeri, karena "kebanggaan" seperti itu sifatnya semu. Selesai program, dapat kontrak jangka pendek, lalu dilepas pulang ke Indonesia karena tak berkembang, dan selesai sudah

Cukup hidupkan saja kompetisi junior di Indonesia, dan fasilitasi para pemain muda Indonesia dengan agen asing berjejaring luas di luar negeri.

Jadi, kita akan semakin sering melihat pemain muda Indonesia "go abroad" dan punya karier bermain bagus di luar negeri, bukan cuma numpang lewat, tapi karena memang berkualitas.

Inilah yang nanti bisa membuat Timnas Indonesia lebih kuat. Bukankah punya timnas yang kuat adalah harapan bersama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun