Gaji sudah oke, tapi kualitasnya kok masih bermasalah? Jelas, perlu ada perbaikan, dan untuk mewujudkannya, perlu ada langkah nyata yang serius dan kontinyu.
Di sisi lain, keterbukaan sang jenderal polisi soal besaran gajinya di PSSI memang layak diapresiasi, tapi seharusnya ini ditindaklanjuti dengan transparansi keuangan di sepak bola nasional. Sesuatu yang sebenarnya masih langka, padahal sudah menjadi satu hal wajib di sepak bola profesional.
Maka, penting untuk mulai membudayakan transparansi keuangan di sepak bola nasional, supaya penyakit lama bernama korupsi bisa mulai diobati di tingkat organisasi.
Di tingkat klub, transparansi ini menjadi penting, karena bisa membantu klub mengatur anggaran. Jika diatur dengan baik, masalah seperti tunggakan gaji pemain seharusnya tidak perlu ada.
Dengan transparansi keuangan di klub, fans juga bisa tahu, bagaimana keadaan klub kesayangannya. Dari sini, manajemen klub dan fans juga bisa diedukasi untuk lebih realistis soal target prestasi, sambil memonitor aliran dana yang ada.
Jadi, jika ada penyimpangan, semua bisa dideteksi, bahkan dicegah. Dengan begitu, kompetisi bisa lebih sehat, dan Timnas Indonesia bisa punya tim yang lebih berkualitas, karena pemain yang ada muncul dari kompetisi yang sehat dan berkualitas.
Keberanian Ketum PSSI tampil di podcast dan berbicara secara terbuka memang layak diapresiasi, karena tak banyak Ketum PSSI yang bisa bersikap seperti itu di masa lalu.
Tapi, akan lebih baik jika masalah yang diungkapkan di sana bisa segera ditindaklanjuti, supaya penampilan di podcast Deddy Corbuzier itu tak hanya berakhir sebagai diskusi belaka, karena itulah yang diharapkan publik sepak bola nasional.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H