Kedatangan pemilik baru ini memang membuat The Magpies kaya mendadak. Maklum, kekayaan sang Pangeran mencapai angka 320 miliar poundsterling, jauh melebihi kekayaan bos PSG, Chelsea dan Manchester City, sekalipun digabung jadi satu.
Indikasi kekuatan finansial mereka juga terlihat, dari bujet belanja yang mencapai angka 300 juta pounds di bursa transfer musim dingin. Sebuah angka fantastis untuk ukuran klub yang sedang tertahan di zona merah.
Terlepas dari warisan manajemen sebelumnya yang morat-marit, manajemen Newcastle United sejauh ini terlihat punya pola pergerakan cukup rapi, tidak asal-asalan.
Dimulai dari merekrut Eddie Howe di posisi pelatih, dan dilanjutkan dengan merekrut Kieran Trippier dari Atletico Madrid, pergerakan mereka terlihat cukup efektif, dan cukup jago dalam bernegosiasi.
Indikasinya bisa dilihat dari harga transfer Trippier yang "hanya" 12 juta pounds. Â Sebelumnya, Atleti diketahui sempat memasang banderol 30 juta pounds, saat Manchester United menaksir bek sayap Timnas Inggris itu.
Melihat situasinya, progres di Saint James Park tampaknya akan sedikit lebih lambat dari Manchester City. Meski sempat menjadi pesaing papan atas sampai awal tahun 2000-an, kala diperkuat Alan Shearer, The Toon Army belakangan sempat bermain di kasta kedua.
Jadi, perlu waktu sedikit lebih lama lagi, untuk menjadikan mereka seperti City. Pertama-tama, dimulai dari lolos degradasi musim ini, lalu stabil di papan tengah, sebelum akhirnya naik tingkat lagi menjadi penantang papan atas.
Untuk jangka pendek, tidak terdegradasi saja sudah merupakan suatu prestasi tersendiri buat rival abadi Sunderland.
Dengan dana besar pemiliknya, Chelsea, Manchester City, dan PSG, telah menghadirkan suatu warna baru, di sepak bola modern, sekaligus mendobrak tatanan klasik yang sudah ada selama ini.
Meski begitu, mereka tetap butuh waktu, sebelum akhirnya meraih prestasi. Waktunya beragam, sesuai dengan situasi dan kondisi klub masing-masing.
Tidak ada yang benar-benar pasti dengan segera, tapi inilah yang membuatnya menarik, karena semua kemungkinan masih bisa terjadi. Persis seperti pemeo "bola itu bundar".