Seharusnya, ini bisa jadi kesempatan bagus untuk menemukan lagi talenta muda potensial di Indonesia.
Kebetulan, untuk turnamen Piala AFF U-23, ada Vietnam, yang sudah menyiapkan Timnas U-21 mereka, karena ingin fokus mempersiapkan tim untuk ajang SEA Games di rumah sendiri dan Piala AFF akhir tahun 2022.
Dengan demikian, jika ada bintang muda yang muncul, ia bisa memperkuat kekuatan tim senior, sekaligus meregenerasi tim. Langkah ini sebenarnya juga coba diterapkan Shin Tae-yong di Indonesia, dengan membiarkan Egy dkk fokus di klub masing-masing, kecuali pada Kualifikasi Piala Asia 2023, atau pertandingan ujicoba yang memang masuk dalam kalender FIFA.
Masalahnya, PSSI berencana melobi klub-klub Egy dkk, agar mau melepas mereka ke Timnas Indonesia U-22. Manuver ini jelas kurang patut, karena terkesan egois.
Para pemain ini perlu fokus bermain di klub masing-masing, supaya bisa semakin berkembang. Jika terlalu lama di Timnas, apalagi di turnamen "di luar kalender FIFA", ini bisa merugikan si pemain, karena klub akan menganggapnya kurang profesional.
Lebih jauh, jika dibiasakan, manuver PSSI ini bisa jadi perseden buruk di mata klub luar negeri. Sebagus apapun kemampuan si pemain, klub akan ogah mengontraknya, karena PSSI terlalu "rewel" soal pemain asal Indonesia.
Ini sebenarnya ironis, karena di dalam negeri, PSSI justru sering terlihat "terlalu menurut" pada klub, soal pemain di Timnas Indonesia. Buktinya, ada aturan kuota maksimal 2 pemain per klub untuk Timnas Indonesia di Piala AFF 2020.
Daripada ribet melobi ke seberang lautan, seharusnya PSSI bisa tegas dulu pada yang di depan mata, sambil terus berbenah.
Jika tidak, sebagus apapun prestasi Tim Garuda nanti, perkembangannya akan tetap sulit, karena federasinya masih serba ruwet.
Bisa, PSSI?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H