Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mandalika, Waktunya Sekarang Bangkit Kembali

7 Desember 2021   10:06 Diperbarui: 7 Desember 2021   10:11 3585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Suku Sasak mengenakan kain tenun khas Suku Sasak (Sumber gambar: Kompas.com) 

Judul di atas adalah sebuah jargon yang ikut mewarnai konferensi seputar DSP Mandalika. Konferensi Internasional ini saya ikuti pada Rabu (1/12) dengan tajuk "Infinity Experience of Nature And Sport Tourism". Sebentuk optimisme bagi DSP Mandalika, untuk bangkit dari masa sulit akibat terpaan pandemi.

Dimoderatori oleh presenter Shahnaz Soehartono, dengan turut dihadiri antara lain oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, konferensi ini menghadirkan sebuah perspektif menarik, karena adanya masukan-masukan, yang jika digarap serius akan dapat menuai hasil istimewa.

Seperti diketahui, sebelum ditetapkan sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP) Di Indonesia Aja, oleh KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF, Mandalika sebenarnya adalah salah satu destinasi liburan populer di Pulau Lombok. Masalahnya, akibat pengelolaan yang kurang optimal, manfaat potensi wisata yang ada hanya benar-benar dirasakan pada periode high season, misalnya saat musim libur panjang.

Untuk itulah, Mandalika ditetapkan KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF sebagai DSP, setelah sebelumnya sempat mendapat predikat sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Harapannya, predikat DSP ini dapat membantu mengoptimalkan potensi pariwisata di Mandalika dan sekitarnya secara berkelanjutan, sekaligus menjalankan program Wonderful Indonesia.

Sumber gambar: Kemenparekraf.go.id
Sumber gambar: Kemenparekraf.go.id

Konferensi yang turut didukung Harian Kompas sebagai media partner ini sendiri turut menghadirkan sejumlah praktisi, dan perwakilan dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selaku tuan rumah.

Alhasil dalam acara tersebut, tercipta diskusi yang dapat menggali potensi dan kesiapan kawasan wisata Mandalika sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas di Indonesia, lengkap dengan contoh kasus dan alternatif solusi.

Soal potensi, DSP Mandalika (dan Pulau Lombok secara umum) memang punya beragam potensi wisata alam, yang memang bisa dioptimalkan. Keberagaman itu terbentang, mulai dari bawah laut dan pantai, sampai puncak Gunung Rinjani, lokasi populer bagi para pendaki gunung.

Inilah yang membuat sport tourism di area wisata alam mulai berkembang menjadi satu potensi wisata baru di Lombok, dengan menawarkan perpaduan menarik antara olahraga dan keindahan alam Pulau Lombok. Selama ini, potensi wisata tersebut sudah diberdayakan, antara lain lewat event acara lomba lari maraton dalam beberapa kesempatan.

Belakangan, potensi itu semakin nyata, menyusul kehadiran sirkuit Mandalika. Sirkuit balap bertaraf internasional ini menjadi venue WSBK dan MotoGP pertama di Indonesia.

Sorotan internasional juga semakin lengkap, karena event balap sepeda internasional juga akan dihelat 20 Februari 2022 mendatang. Balapan bertajuk L'Etape Indonesia by Tour de France, yang biasa disebut juga Tour de Lombok, awalnya akan digelar pada tahun 2020, tapi ditunda karena pandemi.

Pada titik ini, sport tourism di Mandalika (dan Pulau Lombok secara umum) telah bertransformasi menjadi sport event berskala internasional, berkat dukungan pemerintah dan pihak terkait di berbagai aspek. Untuk jangka pendek dan menengah, penyelenggaraan event internasional seperti ini memang menjadi pemancing kehadiran event-event besar lainnya.

Bagi Pemda setempat, keberadaan DSP Mandalika dan sirkuitnya, memang menjadi "amunisi" tersendiri, dalam proses pencalonan Provinsi Bali, NTB, dan NTT menjadi tuan rumah bersama, Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2028 mendatang.

Momen pembukaan acara (Dok. Muslifa KOTEKA Kompasiana) 
Momen pembukaan acara (Dok. Muslifa KOTEKA Kompasiana) 

Jika konteksnya manfaat jangka panjang dari aspek olahraga, DSP Mandalika juga bisa dimanfaatkan menjadi tempat ideal untuk pembinaan atlet lari atau balap motor lokal.

Jika peluang tersebut dapat diseriusi, bukan tak mungkin akan muncul atlet hebat dari seputaran Lombok, seperti halnya Lalu Muhammad Zohri, juara dunia atletik junior tahun 2018 dan peraih medali perak Asian Games 2018 asal Kabupaten Lombok Utara.

Secara spesifik, dari event balap motor dan balap sepeda di sirkuit Mandalika, ada potensi mendorong promosi produk lokal dengan memberikan bingkisan tematik. Tentunya, dengan tema bernuansa kearifan lokal khas Lombok, bukan meniru daerah atau negara lain.

Di sini, orisinalitas budaya Lombok perlu ditampilkan, sebagai ciri khas DSP Mandalika. Dengan demikian, potensi wisata selain event bisa ikut diberdayakan. Misalnya wisata alam atau edukasi seputar kebudayaan masyarakat setempat.

Potensi wisata yang dioptimalkan juga bisa menghadirkan destinasi wisata baru di Wonderful Indonesia, yang akan mendorong semua pihak yang terlibat lebih berkembang, baik secara kemampuan maupun kualitas layanan. Dengan demikian, potensi wisata di sekitar Mandalika ikut diberdayakan, supaya dapat memberdayakan masyarakat setempat, bukan lagi pada high season saja, tapi secara berkelanjutan.

Sebagai bonusnya, kemajuan sektor pariwisata dapat ikut membantu pelestarian budaya lokal, seperti makanan khas daerah tersebut.

Seperti diketahui, di suatu destinasi wisata, makanan khas lokal selalu menjadi potensi wisata gastronomi. Potensi gastronomi umumnya hadir dari budaya dan bahan pangan lokal, karena jenis wisata ini cukup diminati turis, terutama turis asing.

Di sini, ada cerita dan pengalaman unik yang bisa diangkat. Bentuknya pun beragam, misalnya dengan mengadakan kelas memasak (mulai dari memetik sayur atau memancing ikan, sampai menyajikan) bersama warga setempat. Bisa juga wisata edukasi ke kebun kopi, seperti di daerah Sembalun, salah satu area jalur pendakian populer ke puncak Gunung Rinjani.

Dengan keragaman alam dan kuliner yang unik, Indonesia punya potensi wisata gastronomi yang besar. Jika mampu digarap dengan serius, turis dan sorotan media pasti akan otomatis berdatangan. Sebagai contoh, di Thailand, wisata gastronomi seperti ini sudah terkenal di banyak negara, karena potensi yang ada benar-benar digarap dengan serius.

Potensi lain ada dari wisata budaya, misalnya dari Desa Sade, kampung adat Suku Sasak di dekat Mandalika. Selain karena budayanya yang eksotis, Suku Sasak punya kain tenun khas yang unik, dan cocok untuk dijadikan oleh-oleh khas Lombok.

Masyarakat Suku Sasak mengenakan kain tenun khas Suku Sasak (Sumber gambar: Kompas.com) 
Masyarakat Suku Sasak mengenakan kain tenun khas Suku Sasak (Sumber gambar: Kompas.com) 

Dengan banyaknya potensi yang dimiliki, lengkap dengan infrastruktur pendukungnya, sinergi dengan berbagai pihak terkait perlu segera dibangun, supaya, segala sesuatunya bisa dipersiapkan dengan baik, termasuk dalam hal meningkatkan kompetensi SDM, khususnya masyarakat setempat.

Kompetensi SDM menjadi aset penting, karena di masa sekarang ini, segalanya bergerak serba dinamis, termasuk tren pariwisata. Otomatis, pihak pengelola destinasi wisata harus bisa membaca tren yang sedang berkembang, supaya tidak ditinggal wisatawan. Disinilah, peran SDM kompeten diperlukan.

Lebih jauh, perlu ada grand design pariwisata, lengkap dengan konsep pendukung yang jelas, supaya tercipta ekosistem pariwisata yang baik dan serba terintegrasi sebagai kunci untuk maju. Jika pemerintah dan semua pihak terkait mau berkomitmen untuk terus berperan aktif, semua potensi yang ada di DSP Mandalika bisa menjadi nyata, karena dapat dioptimalkan.

Hasilnya, tercipta manfaat berkelanjutan, khususnya bagi masyarakat setempat. Inilah satu manfaat pembangunan yang (seharusnya) paling bisa dilihat, sepanjang mereka terus dilibatkan secara aktif.

Sehebat apapun upaya promosinya, sebagus apapun wujud infrastruktur pendukungnya, jika tak ada sistem pendukung, dan pola pikir jangka panjang di dalamnya, percuma saja. Infrastruktur dan promosi hanya sarana, yang masih harus dilengkapi dengan dukungan sistem dan sinergi antarpihak terkait yang baik, demi mencapai hasil maksimal.

Mandalika, dengan predikat sebagai DSP, lengkap dengan berbagai potensi dan cerita di dalamnya, seharusnya bisa menjadi katalis, yang mampu menggerakkan gairah pariwisata, khususnya di seputaran Pulau Lombok dan Provinsi Nusa Tenggara Barat secara umum.

Dengan catatan, masyarakat setempat tidak hanya menjadi penonton di rumah sendiri, dan dipaksa tercabut dari akarnya, akibat pelbagai kemajuan yang ada di Mandalika ternyata hanya bisa mereka lihat, tanpa pernah ikut mereka nikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun