"Mereka hanya tahu dua kata: bagus dan elegan. Selebihnya, tak ada lagi."
Itulah keluh kesah yang kudengar dari rekanan yang menjadi penerus di tempat lamaku. Aku hanya bisa menghela nafas dan bergumam,Â
"Ternyata masih sama."
Jujur, ini sangat mengecewakan. Apa yang pernah kualami di sana, kembali dialami orang lain. Bekerja sendiri tanpa arahan apapun, dan hanya menerima tekanan demi tekanan.
Aku pernah berada dalam posisi itu. Rasanya sungguh mengerikan. Dukungan yang diberikan seringkali hanya berakhir sebagai ucapan, karena semua punya kesibukan sendiri-sendiri.
Aku dipaksa menjadi seorang Maradona dadakan, dan jadi sasaran tembak. Sebagai seorang yang bukan ahli segala macam, aku hanya bisa sadar diri.
Mereka menuntut hasil instan, dan tuntutan ini hanya bisa dipenuhi oleh ahli yang punya tim lengkap.
Itulah kenapa, aku lalu memilih fokus mempersiapkan materi, supaya bisa diolah lebih lanjut oleh tim ahli, sambil memperkenalkan tim ahli, yang memang berpengalaman di bidangnya.
Aku tak peduli, saat keputusanku dipertanyakan. Mereka lebih membutuhkan ini, dan semua keputusan ada di tangan mereka.Â
Bak gayung bersambut, mereka ternyata setuju bekerja sama. Dengan biaya yang lebih murah, seharusnya ini bisa berjalan dengan baik. Aku sudah menyiapkan semuanya. Tinggal diteruskan dan dibereskan.