Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Perjalanan Guus Hiddink

11 September 2021   00:14 Diperbarui: 11 September 2021   00:15 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kiprah singkat lain yang cukup bagus sempat ditorehkan Hiddink saat melatih Anzhi Makhachkala (2012-2013). Dengan antara lain dibintangi Samuel Eto'o, Si Kuning-Hijau berhasil dibawanya finis di peringkat ketiga Liga Primer Rusia dan perdelapan final Liga Europa. Sebuah titik tertinggi dari klub yang kini berada di kasta bawah Liga Rusia.

Dari kiprah panjangnya sebagai pelatih, Guus Hiddink sempat sekali waktu melatih timnas junior, yakni saat melatih Timnas U-21 China (2018-2019). Hanya saja, kiprahnya di sana berakhir, seiring kekalahan 0-2 dari Timnas U-22 Vietnam asuhan Park Hang Seo, yang notabene merupakan asistennya semasa melatih Timnas Korea Selatan.

Di akhir karier kepelatihannya, sosok yang pernah melatih di tiga zona berbeda (AFC, OFC dan UEFA) ini merambah ke zona CONCACAF (Amerika Utara dan Tengah) dengan melatih Timnas Curacao (2020-2021).

Kiprah singkat Hiddink di negara kepulauan Karibia itu sempat diwarnai absensi sejenak, karena dirinya sempat terinfeksi COVID-19. Setelah sempat digantikan Patrick Kluivert secara interim, Hiddink akhirnya memutuskan pensiun pada Kamis (9/9) lalu.

Momen ini sekaligus menutup kiprah panjang Guus Hiddink sebagai pelatih. Sejumlah prestasi, baik di tingkat klub maupun negara selama hampir empat dekade, menjadi bukti kehebatannya.

Tak heran, KNVB (PSSI-nya Belanda) sempat mengganjarnya dengan memberi "Lifetime Achievement Award" pada tahun 2007. Selain dirinya, hanya Rinus Michiels dan Johan Cruyff, duet dedengkot dan master "Total Football", yang pernah meraihnya.

Meski tergolong pelatih petualang, kemampuan adaptasi dan taktiknya benar-benar istimewa. Tim-tim non-unggulan seperti Korea Selatan dan Rusia bahkan mampu dibawanya berprestasi.

Saat bekerja rangkap tugas pun, prestasi tetap mampu diraih. Kemampuannya di level antarklub Eropa dan antarnegara terbukti bagus, meski tak selalu sukses besar.

Seiring dengan keputusannya untuk pensiun, rekam jejak dan kehebatan Guus Hiddink mungkin hanya akan jadi cerita sejarah tentang sebuah petualangan panjang. Tapi, semua pencapaian yang sudah diraihnya telah menjadi satu warna tersendiri bagi sepak bola dunia.

Happy retirement, meneer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun