Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pemain asal Indonesia yang bermain di Eropa pelan-pelan bertambah. Dimulai dari Egy Maulana Vikri yang bergabung dengan Lechia Gdansk (Polandia) sampai Bagus Kahfi yang berlabuh di Jong Utrecht (Belanda).
Di antara mereka, ada juga Brylian Aldama dan David Maulana yang bergabung dengan HNK Rijeka (Kroasia) dan Witan Sulaeman yang mendarat di Radnik Surdulica (Serbia). Mereka umumnya adalah jebolan proyek Garuda Select atau Timnas U-19.
Ini menjadi satu peningkatan, karena sebelumnya pemain muda Indonesia lebih banyak mendapat kesempatan jadi peserta trial jangka pendek di klub Eropa, sebelum akhirnya pulang karena tak mendapat kontrak.
Bagaimana kelanjutannya?
David Maulana dan Brylian Aldama musim ini sama-sama dipinjamkan HNK Rijeka ke klub divisi tiga Liga Kroasia, NK Promorac 1921.
Tujuannya untuk menambah menit bermain. Sementara itu, Bagus Kahfi baru saja mencatat debut bersama Jong Utrecht di Eerstedivisie (kompetisi kasta kedua Liga Belanda).
Dalam hal keberlanjutan karier di Eropa, mereka bertiga punya kemungkinan agak sulit untuk berpindah klub di Eropa setelah kontrak mereka habis atau harus berakhir lebih cepat, seperti pada kasus Egy dan Witan.Â
Penyebabnya, mereka belum punya agen pemain yang cukup bisa mengarahkan soal "jalur karier" di Eropa. Jika pindah ke liga yang lebih besar, status "pemain non-Uni Eropa" juga bisa jadi hambatan. Itu masih belum ditambah regulasi batas peringkat FIFA Timnas negara asal, seperti di Liga Inggris.
Seperti diketahui, kuota pemain non-Uni Eropa cukup dibatasi di liga-liga Eropa. Bagi negara yang mengizinkan dwi kewarganegaraan seperti Filipina, negara-negara Afrika atau Amerika Selatan, ini mungkin bukan masalah serius, tapi tidak bagi Indonesia yang tak mengizinkan dwi kewarganegaraan.
Masalah ini jugalah yang membuat pemain naturalisasi seperti Ezra Walian dan Stefano Lilipaly akhirnya memilih pindah ke Liga Indonesia.