Jika pemain tersebut memang pemain pilar utama Timnas, mungkin label pemain Timnas akan lebih relevan. Tak ada banyak pertanyaan soal gaji atau kualitas, karena memang sudah terbukti.
Jadi, label pemain Timnas akan jadi bumerang buat pemain pendatang baru. Jika ternyata si pemain statusnya hanya "pernah dipanggil", label pemain Timnas akan membuat klub pusing. Standar gaji tinggi, tapi kualitas tak jauh beda dengan pemain tanpa label.
Belum lagi, kalau si pemain ternyata punya catatan indisipliner. Klub tak bisa hanya "merangkul bukan memukul", karena perkara ini berkaitan dengan pembentukan karakter.
Jika karakternya dibiarkan buruk, sama saja bohong. Akibatnya, label pemain Timnas hanya sebuah jebakan.
Di sini, media juga perlu mulai mengubah sudut pandang, dengan tak melebih-lebihkan pemain yang dipanggil Timnas.
Mengingat ranking FIFA Timnas Indonesia yang belakangan cenderung turun, rasanya label pemain Timnas tak perlu dijadikan parameter lagi, setidaknya sampai peringkat Timnas Indonesia sudah berada di 50 besar dunia.
Ini penting, supaya para pemain tak mudah silau dan berulah. Dengan demikian, klub tak perlu khawatir, karena mereka tak mengontrak kucing dalam karung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H