Ini sudah terlalu kuno, masa masih mau dilanjutkan?
Masalahnya, kalau semua calon yang ada berpola pikir kuno, siapa yang bisa dipilih?
Kalau sudah begini, sudah seharusnya masyarakat kompak mengkritisi keterbelakangan ini. Dengan harapan, KPU juga bisa menetapkan syarat "mampu berpola pikir adaptif", dan melarang penggunaan baliho, karena tak relevan dengan kondisi.
Sederhana saja, kita butuh sosok pemimpin yang adaptif terhadap kemajuan teknologi, mampu membawa negara ini melangkah maju, dan menjangkau semua kalangan. Bukan sebaliknya.
Daripada berlomba-lomba pasang iklan di baliho, akan lebih baik jika para politisi dan partai ini bisa menampilkan kinerja atau dampak positif.
Misalnya, dengan mengadakan vaksinasi massal COVID-19, dan tak membuat kegaduhan di masyarakat. Simpel, tapi bisa berdampak positif buat banyak orang. Dengan demikian, kita tahu betul siapa mereka dan mengapa kita memilihnya.
Ini akan jauh lebih baik, daripada menghamburkan uang, tapi akhirnya hanya diingat sebagai gambar dalam baliho.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H