Euro 2020 telah bergulir dan menyajikan banyak hal menarik. Mulai dari aksi para bintang lapangan hijau, sampai berbagai hal lain.
Tapi, di antara itu semua, ada satu "bintang" yang belakangan jadi sorotan, yakni botol minuman. Benar, Anda tidak salah baca, botol minuman.
Semua berawal dari aksi Cristiano Ronaldo saat konferensi pers mewakili Timnas Portugal. Bintang Juventus itu menggeser botol minuman soda, yang diganti dengan sebotol air mineral. Belakangan, aksi serupa juga dilakukan oleh Manuel Locatelli (Italia)
Aksi ini lalu viral di media sosial, dan makin viral setelah Paul Pogba ikut menggeser botol minuman keras, saat konferensi pers mewakili Timnas Prancis. Bedanya, kali ini yang digeser adalah botol minuman keras, karena dirinya adalah seorang muslim.
Karena produk yang digeser oleh keduanya sama-sama merupakan sponsor turnamen, ada pro kontra yang muncul.
Pro muncul karena keduanya adalah "risky product", yang dalam jangka panjang kurang baik buat kesehatan. Euro 2020 sendiri adalah turnamen sepak bola, olahraga yang ironisnya mengharamkan konsumsi produk semacam ini.
Sementara itu, kontra muncul karena aksi keduanya dianggap kurang etis. Dalam artian, kurang menghargai sponsor, yang ironisnya sudah hadir di turnamen mayor sejak lama.
Mereka hadir bukan hanya di turnamen antarnegara seperti Piala Dunia atau Euro, tapi juga kompetisi antarklub, baik liga domestik maupun Liga Champions. Pertanyaannya, kenapa baru heboh sekarang?
Uniknya, aksi mereka lalu direspon dengan cara sebaliknya oleh Romelu Lukaku (Belgia), Andriy Yarmolenko (Ukraina), Harry Kane (Inggris) dan Stanislav Cherchesov (pelatih Timnas Rusia). Dua nama pertama bahkan "mengirim kode" kepada perusahaan produsen kedua produk tersebut, agar diajak bekerja sama.
Perbedaan semacam ini tentu biasa terjadi, karena setiap orang punya pandangan sendiri. Tapi, tetap harus etis. Jika tidak, sebaik apapun maksudnya, itu justru bisa jadi bumerang.
Selain karena pertimbangan etis, ini juga berkaitan dengan kredibilitas turnamen di mata sponsor, dan kredibilitas perusahaan di mata publik. Di sini, UEFA sudah pasti kena tegur sponsor, karena aksi CR7 ternyata mampu membuat harga saham mereka turun. Jadi wajar jika UEFA lalu mengeluarkan aturan denda bagi pelaku aksi ala Ronaldo dan Pogba.
Seperti diketahui, di era sepak bola modern, sponsor menjadi satu medium utama pendapatan dan promosi turnamen. Semakin bagus kredibilitas kompetisinya, semakin banyak juga sponsor kelas kakap yang datang.
Tapi, jika kredibilitasnya jelek, sponsor enggan datang. Penyelenggara turnamen pun bisa tekor akibat kurang pemasukan. Jadi wajar jika UEFA bersedia disponsori  produsen minuman "risky product", karena mereka berani membayar mahal, dengan paket kerjasama paling bagus.
Ini jelas bukan sesuatu yang bisa ditawarkan oleh semua "safe product", karena anggaran promosi mereka tak sebesar "risky product", strategi promosinya juga tak senekat "risky product". Mereka hanya bisa diimbangi oleh produk-produk dari perusahaan kelas raksasa, termasuk apparel olah raga macam Adidas, Nike atau Puma.
Pada akhirnya, setelah sempat menimbulkan pro-kontra, "Drama Botol Minuman" akhirnya ditertibkan UEFA, setidaknya untuk sementara. Uniknya, drama ini sekaligus menjadi satu contoh aktual dari ungkapan lawas dalam etika bisnis:
"Sesuatu yang etis kadang belum tentu legal, tapi sesuatu yang legal pun kadang juga belum tentu etis."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H