Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jogja: Pariwisata dan Fenomena Aji Mumpung

3 Juni 2021   00:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   00:22 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal Jogja, tentu lekat dengan pariwisatanya. Dari wisata alam, sejarah, sampai budaya, semuanya ada.

Daya tarik ini, membuat Jogja muncul sebagai salah satu daerah tujuan wisata populer di Indonesia. Inilah yang membuat ada satu klaim yang muncul, bahwa "Jogja adalah daerah destinasi wisata terpopuler setelah Bali."

Ini saya sebut sebagai klaim, karena memang belum ada data valid yang menceritakan kebenaran dari klaim tersebut. Apalagi, Jogja juga dikenal sebagai destinasi studi yang populer di Indonesia.

Jadi, tak relevan jika orang yang pergi piknik ke Jogja dicampuradukkan dengan orang yang pergi studi ke Jogja. Jelas, piknik adalah untuk bersenang-senang, sementara studi bersifat serius.

Hal lain yang membuat klaim ini cukup layak dipertanyakan adalah fenomena "aji mumpung", khususnya di tempat wisata. Fenomena ini belakangan kembali mencuat, setelah viralnya keluhan soal harga makanan dan tarif parkir, di kawasan area wisata pusat kota Jogja.

Dua hal ini memang jadi satu masalah lama, yang membuat orang bisa menjadi kapok berkunjung lagi. Di sini, image positif yang sudah sejak lama ada, akan langsung ambyar, hanya karena ulah segelintir oknum nakal.

Jangankan wisatawan, orang yang tinggal di daerah sekitar pun bisa enggan nongkrong berlama-lama dan belanja. Kalau bisa, cukup foto-foto dan jalan kaki di sana, tapi belanja di tempat lain yang harganya lebih wajar.

Fenomena aji mumpung ini juga, yang membuat spot wisata yang instagramable sempat viral, hanya terkenal sebentar sebelum akhirnya tenggelam. Penyebabnya, orang enggan berkunjung lagi karena berfoto saja harus membayar cukup mahal.

Kalau sudah begini, sulit untuk mengharapkan ada kunjungan berulang dari wisatawan. Ini akan jadi kelemahan fatal, karena kunjungan berulang dari wisatawan bisa mencerminkan seberapa bagus image tempat wisata tersebut.

Memang, ada regulasi yang mengatur, tapi nyatanya fenomena aji mumpung masih ada. Dalam keadaan biasa, ini mungkin akan segera jadi angin lalu, tapi tidak dalam kondisi pandemi seperti sekarang.

Benar, dalam kondisi pandemi seperti sekarang, sektor pariwisata mengalami pukulan telak. Angka kunjungan turis menurun karena perjalanan dibatasi, hotel dan restoran juga banyak yang tutup atau beroperasi secara terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun