Kembali pergi. Inilah keputusan yang diambil Zinedine Zidane pada Kamis (27/5) yang sekaligus mengakhiri periode keduanya di kursi pelatih Real Madrid.Â
Keputusan ini sekaligus mempertahankan reputasinya, sebagai satu-satunya pelatih yang tak dipecat di era Florentino Perez.
Sebelumnya, Zizou pernah melakukan keputusan serupa, tak lama setelah mencatat hat-trick juara Liga Champions tahun 2018 silam. Prestasi ini menjadi highlight periode pertamanya di Bernabeu, bersama satu trofi La Liga.
Hanya saja, saat ia kembali melatih Real Madrid di paruh kedua musim 2018/2019, Si Putih sudah berbeda. Tak ada lagi Cristiano Ronaldo yang bisa diandalkan untuk mencetak banyak gol.
Meski begitu, periode kedua Zidane di Real Madrid masih terhitung sukses, karena mampu meraih satu gelar La Liga dan satu gelar Piala Super Spanyol. Ia juga mampu membuat tim tetap kompetitif, meski kerap dihantam badai cedera pemain.
Hengkangnya (lagi) sang legenda Prancis ini sebenarnya bisa dimaklumi, karena selama bertugas, ia menghadapi tekanan luar biasa, yang dibarengi dengan rentetan masalah cedera pemain. Tentunya, semua ini menghasilkan kelelahan mental luar biasa.
Jadi, bukan hal mengejutkan jika pria keturunan Aljazair ini mundur, dan memutuskan untuk mengambil jeda selama satu tahun untuk "mengisi baterai". Maklum, tekanan melatih di klub besar Spanyol sungguh besar.
Di Spanyol, keputusan jeda selama setahun ini juga pernah diambil oleh Pep Guardiola dan Luis Enrique, setelah keduanya mundur dari Barcelona. Setelah jeda selama satu tahun, Pep lalu melatih Bayern Munich, sementara Enrique melatih Timnas Spanyol.
Pada prosesnya, Zidane sendiri sebenarnya sedang dalam masa jeda, sebelum akhirnya kembali ditarik Perez melatih Real Madrid. Waktu itu, situasinya memang sedang gawat darurat, karena performa Los Blancos sedang ambyar di bawah komando Julen Lopetegui dan Santiago Solari.
Akibat masa jeda yang tidak tuntas, periode kedua Zidane di ibukota Spanyol tak sehebat periode pertamanya. Tak ada ide taktikal segar yang muncul, sehingga membuat tim terlihat biasa saja.
Mereka sedikit banyak tertolong, dengan inkonsistensi tim rival, baik dari segi performa di lapangan, atau hal-hal lain di luar lapangan. Contohnya, gonjang-ganjing di internal klub Barcelona.
Tapi, saat performa tim rival mulai membaik, Real justru cenderung stagnan. Memang ada sedikit peningkatan, tapi tidak signifikan.
Akibatnya, saat Barca meraih trofi Copa Del Rey dan Atletico Madrid meraih gelar La Liga musim ini, Real hanya mampu memberi tekanan di liga hingga pekan terakhir, tapi beberapa kali kehilangan poin di pertandingan yang seharusnya bisa mereka menangkan.
Apa boleh buat, Los Merengues dipaksa menutup musim tanpa gelar, dan Zizou akhirnya pergi untuk kedua kalinya. Pertanyaannya, ke mana Zidane akan melanjutkan kariernya?
Jika ternyata ia tak mengambil jeda, PSG bisa menjadi tujuan potensial. Profilnya sebagai peraih tiga gelar Liga Champions jelas klop dengan ambisi PSG di tingkat Eropa.
Kebetulan, Mauricio Pochettino, pelatih PSG saat ini, sedang ditaksir Tottenham Hotspur dan Real Madrid. Jadi kesempatan Zidane pulang ke Prancis cukup terbuka.
Sebelumnya, pelatih berkepala plontos ini juga dikaitkan dengan kursi pelatih Juventus. Hanya saja, rumor itu belakangan pupus, setelah Si Zebra menunjuk kembali Massimiliano Allegri sebagai pengganti Andrea Pirlo.
Andai akhirnya tetap mengambil jeda, ada Timnas Prancis yang bisa jadi tujuan potensial. Kesempatan ini terbuka, jika Didier Deschamps mundur setelah Piala Dunia 2022. Kebetulan, dirinya banyak disebut petinggi FFF (PSSI-nya Prancis) sebagai penerus ideal.
Tapi, seandainya Real Madrid kembali mengalami turbulensi, seperti saat dilatih Lopetegui dan Santiago Solari, bukan hal mengejutkan jika eks pemain Juventus ini kembali ditarik Perez melatih Real Madrid.
Entah kenapa, saya justru melihat Perez seperti punya ketergantungan dengan Zidane, karena track record nya yang bagus, meski tim sedang amburadul sekalipun.
Tapi, jika dipaksakan melatih Real Madrid untuk ketiga kalinya, tanpa dibiarkan menikmati masa jeda yang cukup, ini bisa menjadi blunder, karena tak ada waktu baginya untuk memulihkan kelelahan mental dan menemukan ide-ide baru.
Kalau sudah begitu, bukan perbaikan, tapi penurunan lah yang didapat. Tanpa sadar, Perez justru akan membuat klub menggali lubang kubur sendiri, jika masih memakai pola yang sama.
Kepergian kedua Zidane dari Real Madrid memang bukan kabar menyenangkan buat Madridistas. Tapi, ini adalah jalan tengah terbaik bagi semua pihak.
Benar, Real dan Zizou sama-sama butuh penyegaran, supaya titik jenuh yang saat ini ada, tak sampai berlanjut ke titik nadir.
Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H