Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Medium, Banyak Cerita

8 Mei 2021   18:17 Diperbarui: 8 Mei 2021   18:19 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Sabtu (8/5) saya berkesempatan mengikuti satu sesi diskusi daring via zoom, yang rutin diadakan oleh komunitas KOTEKA Kompasiana tiap akhir pekan.

Ini adalah ketiga kalinya saya mengikuti kegiatan KOTEKA. Setelah sebelumnya hanya menjadi penonton, karena masih beradaptasi dengan durasi diskusi satu jam, lebih pendek dari kegiatan sejenis yang biasa saya ikuti. Meski begitu, satu jam ini benar-benar menyenangkan, karena bisa begitu mengalir dan efektif.

Pada kesempatan ketiga ini, KOTEKA yang antara lain digawangi Kompasianer Gana Stegmann dan Ony Jamhari, melibatkan Kompasianer Dhanang Dave dan Nanang Diyanto sebagai pembicara. Topik yang dibahas kali ini adalah tulisan di bagian belakang truk.

Topik ini membuat saya tergelitik untuk menulisnya, karena bagian belakang truk memang jadi satu keunikan khas yang membudaya di berbagai daerah di Indonesia. Banyak kata yang tertulis dengan beragam gaya, mulai dari lucu sampai mengarah ke seronok.

Saking beragam dan uniknya, banyak tulisan atau gambar "bokong truk" yang sampai jadi meme viral di media sosial. Saya sendiri sempat heran, kenapa tulisan dan gambar di bagian belakang truk begitu beragam?

Ternyata, keberagaman itu berasal dari ekspresi sang sopir, dengan kegundahan, harapan, dan pikirannya masing-masing. Ada yang memang dijadikan pelecut semangat untuk bekerja, ada juga yang menjadikannya medium untuk "bercerita" tentang pergulatan pribadi.

Dalam hal ejaan, tak ada batasan atau kaidah tertentu, karena kembali ke pandangan pribadi sang supir truk. Jadi, sifatnya memang relatif, tapi tetap mudah dipahami, karena memakai bahasa yang singkat, padat, jelas.

Menariknya, tak ada yang dengan terang-terangan mengekspresikan pandangan pribadi yang berkaitan dengan afiliasi atau golongan tertentu. Penyebab paling umumnya berkaitan dengan faktor keselamatan.

Sebagai contoh, truk-truk dari daerah Malang tak akan berani memasang atribut yang berkaitan dengan klub sepak bola Arema Malang, khususnya jika bertugas di Surabaya atau Bandung. Penyebabnya tak lain karena rivalitas Arema dengan Persib Bandung dan Persebaya Surabaya.

Inilah yang membuat tulisan atau gambar di bagian belakang truk cenderung bersifat netral. Kenetralan ini membuatnya awet eksis selama bertahun-tahun, sekaligus menunjukkan sifat khas jalanan: netral walaupun terlihat keras dari luar.

Belakangan, seiring dengan perkembangan teknologi, tren tulisan atau gambar di bagian belakang truk mulai bergeser, dari cat lukis manual menjadi print digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun