Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saya dan Target Hidup

2 Mei 2021   00:10 Diperbarui: 2 Mei 2021   01:44 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal target hidup, banyak orang yang pasti punya daftar "list to do" di pikirannya. Ada yang punya target menikah di usia tertentu, punya jabatan tinggi di perusahaan raksasa di usia muda, dan entah apa lagi.

Semuanya memang wajar, dan bisa jadi penggerak untuk lebih semangat. Semangat bekerja, semangat mempercantik diri, bahkan membuat perencanaan sebegitu rupa.

Sayangnya, hal itu tak sepenuhnya berlaku pada diri saya. Saya hanya pernah punya satu target: lulus kuliah dalam masa studi kurang dari lima tahun, yang untungnya bisa terwujud, walau harus dibayar dengan kelelahan fisik dan mental yang luar biasa.

Selebihnya, hanya kesialan demi kesialan yang datang. Ditolak seleksi masuk kerja karena alasan fisik, kena tipu saat coba berbisnis, dan kena PHK massal gara-gara imbas pandemi.

Ditambah lagi, ada momen terjebak "friend zone", yang sialnya terjadi beberapa kali. Sebagian besar berlanjut ke tahap "ghosting", dan pada akhirnya saya terjebak dalam situasi "habis manis sepah dibuang".

Apa boleh buat, saya pun memilih untuk tidak pasang target atau punya mimpi setinggi kebanyakan orang. Hanya perlu menjalani. Saat kesempatan datang, saat itulah boleh bergerak.

Bukan pesimis, tapi realistis, karena keadaan biasa tampil tanpa kompromi. Tak ada cukup belas kasihan, di kehidupan modern yang mulai kehilangan sisi welas asih.

Mungkin, ini terdengar suram, tak ada harapan, tapi setidaknya ini tidak toxic, karena tak ada perasaan "gagal" atau rasa bersalah berlebih pada diri sendiri, akibat target yang gagal tercapai.

Kalaupun ada momen pahit, tetap ada waktu untuk kilas balik sebelum move on, tanpa ada penyesalan terlalu banyak. Momen ini bisa dimaafkan bersama jalannya waktu, walau belum tentu bisa dilupakan begitu saja.

Semua momen pahit itu membuat saya menyadari, sebuah target seperti dua sisi mata uang: bisa sangat membahagiakan saat terwujud, sekaligus sangat menyakitkan saat gagal terwujud.

Semakin tinggi sebuah target, seharusnya semakin besar kesiapan untuk menanggung rasa sakit saat itu tidak tercapai. Mereka yang pasang target tinggi, seharusnya sudah siap untuk segala kemungkinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun