Berbeda dengan sebelumnya, yang masih sepenuhnya menggunakan metode manual, kali ini pengolahan dodol dari resep warisan Opa sudah melibatkan tenaga mesin. Uniknya, ini seperti "menjawab" pengandaian Opa, soal pengolahan dodol.
Di sisi lain, pertemuan kembali saya (dan keluarga) dengan dodol ini seperti sebuah paradoks, karena kami semua diajak kilas balik rasa dari sebuah resep klasik, dalam lanskap kekinian, karena diolah dengan bantuan teknologi modern.
Untuk nama produk sendiri, kami sekeluarga sepakat menggunakan kata warisan dan nama Opa sebagai jenama. Selain karena untuk menghormati nama sang pemilik resep, inilah sebentuk warisan yang memang ditinggalkannya, untuk dijaga generasi penerus.
Untuk saat ini, semua memang baru mulai berjalan, sambil belajar memperbaiki setiap kekurangan yang ada. Seiring berjalannya waktu, semua pasti akan lebih baik. Selebihnya, biarkan sang waktu menuntun dan menunjukkan, supaya semua bisa berjalan dengan semestinya, di tengah berbagai ketidakpastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H