Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memaklumi Aksi "Cium Logo" Arturo Vidal

19 Januari 2021   07:18 Diperbarui: 19 Januari 2021   09:03 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen selebrasi gol Arturo Vidal ke gawang Juventus (goal.com)

Laga Derby D'Italia antara Juventus vs inter Milan, pada lanjutan Serie A akhir pekan lalu menyisakan sebuah cerita. Bukan hanya soal kesuksesan Antonio Conte meredam taktik Andrea Pirlo, dan melempemnya lini serang Juve, tapi juga soal aksi Arturo Vidal, yang kedapatan mencium logo Tim Zebra di kostum Giorgio Chiellini jelang kick off pertandingan.

Banyak yang bereaksi negatif, terutama sebagian Interisti dan Juventini garis keras. Maklum, Si Ular sudah lama punya rivalitas dengan Si Nyonya Tua, dan rivalitas itu makin panas setelah kasus Calviopoli, yang memaksa klub milik keluarga Agnelli ini turun kasta ke Serie B tahun 2006.

Vidal sendiri lalu mengklarifikasi, aksi itu merupakan satu bentuk respeknya kepada sang mantan klub, karena telah memperkenalkannya dengan sepak bola Italia, dan ikut membantunya berkembang menjadi salah gelandang petarung terbaik di masa puncaknya.

Kebetulan, duel akbar ini menjadi pertandingan pertamanya melawan Juve di Italia.

Seperti diketahui, pemain asal Chile ini sempat membela Juventus pada periode 2011-2015, lalu berpetualang ke Bayern Munich dan Barcelona, sebelum akhirnya bereuni dengan Antonio Conte di Inter Milan.

Pada periodenya di Turin, pemain bergaya rambut nyentrik ini turut membantu tim membangun dominasi di Italia, dan sempat mencapai final Liga Champions, sebelum meraih trofi domestik lainnya di Jerman dan Spanyol.

Jika melihat bagaimana kiprahnya di Juve, wajar jika pemenang Copa America 2015 dan 2016 ini respek. Datang dari Bayer Leverkusen, tim yang dikenal sering apes karena beberapa kali nyaris meraih trofi juara, ia digembleng dan mampu berkembang sedemikian rupa, sehingga punya pengalaman, dan tahu betul bagaimana menangani tekanan untuk menang.

Hasilnya, ia sukses meraih trofi juara, baik di klub maupun Timnas Chile. Bersama Alexis Sanchez, yang kini jadi rekan setimnya di Inter, Vidal turut membantu La Roja memaksa Argentina dan Lionel Messi patah hati sampai dua kali, dan sempat mencapai final Piala Konfederasi 2017.

Andai ia tak mendarat di Juve, mungkin ceritanya akan jauh berbeda. Inilah alasan eks pemain Colo-Colo masih tetap sangat respek kepada sang mantan, sekalipun kini sudah berseragam tim rival bebuyutan.

Inilah kelebihan Si Rambut Ultraman, yang membuat Conte tak ragu membawanya ke kota Milan. Benar, meski punya materi pemain menjanjikan, mereka kekurangan pemain dengan pengalaman juara.

Pendekatan I Nerazzurri ini cukup mirip dengan yang diterapkan AC Milan. Kebetulan, sang rival sekota musim ini punya Zlatan Ibrahimovic dan belakangan juga mendaratkan Mario Mandzukic, dua pemain berpengalaman yang sudah meraih berbagai prestasi, dan uniknya sama-sama pernah berseragam Juventus.

Bisa jadi, inilah satu kunci sukses duo Milan, yang sejauh ini mampu bersaing ketat di puncak klasemen sementara Serie A, selagi Leonardo Bonucci dkk masih belum menemukan bentuk terbaik bersama Andrea Pirlo.

Kembali ke laga Derby D"Italia, meski tampak seperti momen reuni, insiden "cium logo" Vidal nyatanya tak membuatnya "baper", apalagi tampil ogah-ogahan.

Pemain bernomor punggung 22 ini bahkan sukses membuat gol lewat sundulan akurat, hasil umpan Nicolo Barella, yang dalam laga ini juga mencetak gol, untuk memastikan Inter menang 2-0.

Ini jadi satu hasil krusial,  yang membantu mereka tetap bersaing memperebutkan Capolista. Kebetulan, sehari berselang, sepasang gol Zlatan Ibrahimovic sukses menginspirasi AC Milan menang 2-0 atas Cagliari.

Terlepas dari rivalitas Juve dan Inter, sikap Sang Chileno justru layak diapresiasi. Karena, ia mampu menaruh sikap respek dan profesional dengan sama baik.

Terbukti, ia mampu menjebol gawang Wojciech Szczesny dan tampil oke, bukan membuat gol bunuh diri, apalagi berulah di lapangan sampai dikartu merah wasit. Uniknya, ini menjadi gol pertamanya di Inter.

Mungkin, momen ini tak semengharukan saat Gabriel Batistuta menangis usai menjebol gawang Fiorentina di awal dekade 2000-an, tapi ini jadi bukti lain, dari masih hidupnya frase "kacang tak lupa kulit" di sepak bola modern, satu era yang semakin pragmatis, karena berpusat pada hasil akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun