Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku dan Segelas Kopi Rum

18 Januari 2021   05:02 Diperbarui: 18 Januari 2021   06:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Diary,

Ini adalah hari Minggu kedua, sejak aku mulai bertugas di sana. Sebenarnya aku bersyukur, karena bisa libur di hari perhentian ini.

Tapi sial, hari libur di minggu penuh pertamaku bekerja sedang jadi mimpi buruk. Tubuh renta ini kelelahan, dengan kaki yang serasa mau lepas. Dengan riwayat pernah kena demam berdarah, situasi semacam ini selalu jadi alarm peringatan. 

Aku bisa apa?

Aku paham, tubuh ini masih kaget, karena langsung mendapat intensitas tinggi, setelah nyaris setahun dipaksa bekerja di rumah akibat pagebluk.

Tanpa ampun lagi, tubuh ini tumbang, dengan hanya menyisakan segelas kopi rum, yang terus mendekapku erat, dan memijatku, layaknya tukang pijat handal, bersama rasa teler yang membuatku tertidur pulas. Ia seperti parasetamol yang dapat menyebabkan kantuk.

Meski masih tergolong produk tanpa alkohol, kopi rum bisa membuatku tidur nyenyak. Efek itu semakin kuat, karena jika diminum saat seseorang sedang banyak pikiran atau stres, kopi akan jadi obat penenang yang hebat.

Ini memang bukan pertama kali aku dibuat teler olehnya, tapi dia selalu bisa melakukan tanpa basa-basi. Dulu, segelas kopi rum "double shoot" espresso ukuran besar pernah membantuku melewati rasa sakit pada malam setelah kakiku diurut akibat keseleo di kantor.

Biasanya, aku akan menderita semalaman karena rasa sakit yang hebat. Tapi, berkat segelas besar kopi rum itu, aku bisa tidur nyenyak selama sepuluh jam.

Pada kesempatan lain, segelas kopi rum juga membuatku tidur nyenyak, ditengah keramaian para penjaga kost dan anak-anaknya saat akhir pekan.

Benar, aku bisa saja jadi kambing hitam karena memakai cara tak biasa. Masalahnya, inilah cara memulihkan diri paling ideal di waktu jeda sempit.

Aku hanya ingin memastikan, ada waktu istirahat cukup, bahkan lebih dari cukup, agar bisa siap tepat waktu. Di sini, hanya aku yang bisa menolong diri sendiri.

Pada akhirnya, aku bisa pulih tepat waktu, dan bangun pagi. Melegakan sekali.

Tapi, sepertinya aku perlu bersiaga, khususnya kalau hari Minggu hanya akan menjadi "hari tepar nasional" buatku. Apa boleh buat, enam hari kerja di kantor  dalam seminggu cukup melelahkan. Ditambah lagi, ada rasa was-was, karena ini masih pagebluk.

Aku memang akan terbiasa dengan rutinitas ini, tapi, dengan kondisi fisikku yang begini, aku perlu melihat situasinya secara cermat. Jangan sampai ada rasa sakit dan kelelahan lagi, hanya karena aku kurang hati-hati.

Aku paham, rasa menderita ini hanya peringatan dini, karena sudah jadi kebiasaan khas tubuhku. Aku janji, akan memikirkan langkah berikutnya, dan mengambil keputusan tepat, sebelum tubuh ini menginjak rem darurat karena terlalu lelah.

Dear Diary,

Terima kasih sudah mau menampung isi hatiku. Mungkin ini terlihat tak biasa, karena aku justru mengandalkan kopi untuk bisa tidur nyenyak.

Inilah alasan kenapa aku suka kopi. Ia bisa menjadi stimulan saat suasana hati sedang baik, dan jadi obat penenang saat sedang stres atau banyak pikiran, layaknya seorang sahabat baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun