Ini adalah hari Minggu kedua, sejak aku mulai bertugas di sana. Sebenarnya aku bersyukur, karena bisa libur di hari perhentian ini.
Tapi sial, hari libur di minggu penuh pertamaku bekerja sedang jadi mimpi buruk. Tubuh renta ini kelelahan, dengan kaki yang serasa mau lepas. Dengan riwayat pernah kena demam berdarah, situasi semacam ini selalu jadi alarm peringatan.Â
Aku bisa apa?
Aku paham, tubuh ini masih kaget, karena langsung mendapat intensitas tinggi, setelah nyaris setahun dipaksa bekerja di rumah akibat pagebluk.
Tanpa ampun lagi, tubuh ini tumbang, dengan hanya menyisakan segelas kopi rum, yang terus mendekapku erat, dan memijatku, layaknya tukang pijat handal, bersama rasa teler yang membuatku tertidur pulas. Ia seperti parasetamol yang dapat menyebabkan kantuk.
Meski masih tergolong produk tanpa alkohol, kopi rum bisa membuatku tidur nyenyak. Efek itu semakin kuat, karena jika diminum saat seseorang sedang banyak pikiran atau stres, kopi akan jadi obat penenang yang hebat.
Ini memang bukan pertama kali aku dibuat teler olehnya, tapi dia selalu bisa melakukan tanpa basa-basi. Dulu, segelas kopi rum "double shoot" espresso ukuran besar pernah membantuku melewati rasa sakit pada malam setelah kakiku diurut akibat keseleo di kantor.
Biasanya, aku akan menderita semalaman karena rasa sakit yang hebat. Tapi, berkat segelas besar kopi rum itu, aku bisa tidur nyenyak selama sepuluh jam.
Pada kesempatan lain, segelas kopi rum juga membuatku tidur nyenyak, ditengah keramaian para penjaga kost dan anak-anaknya saat akhir pekan.
Benar, aku bisa saja jadi kambing hitam karena memakai cara tak biasa. Masalahnya, inilah cara memulihkan diri paling ideal di waktu jeda sempit.