Bolivia sendiri sebenarnya bukan tanpa prestasi. Â Tim berjuluk La Verde (Si Hijau) ini pernah juara Copa America 1963 di kandang sendiri, dan pernah tampil di Piala Dunia 1930 dan 1950, meski keduanya didapat melalui jalur undangan atau sebagai tim pengganti.
Di era 1990-an, Timnas dari negara tanpa pantai di Amerika Selatan ini sempat mencuri perhatian. Dimotori Marco Etcheverry, Luis Cristaldo, dan Erwin Sanchez, Bolivia mampu lolos ke Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Kala itu, Tim Samba yang akhirnya menjadi juara di Amerika Serikat diperkuat pemain macam Romario dan Claudio Taffarel (kini pelatih kiper Timnas Brasil).
Bolivia kembali mencatat prestasi, saat menjadi finalis Copa America 1997 di kandang sendiri. Kali ini, giliran Brasil yang menundukkan mereka di final.
Setelahnya, mereka terpuruk dan kerap jadi bulan-bulanan lawan. Meski punya kandang berketinggian lebih dari 3600 meter di atas permukaan laut di kota La Paz, mereka kerap keteteran saat main di kandang lawan, atau menghadapi lawan berteknik dan taktik oke di kandang sendiri.
Benar, secara fisik mereka mampu mengimbangi, tapi agak kedodoran secara teknik. Sejak berakhirnya era Erwin Sanchez dkk, kebanyakan poin mereka di kualifikasi Piala Dunia diraih di La Paz.
Terkini, kualifikasi Piala Dunia 2022 bisa menjadi episode suram lainnya, karena mereka sudah tiga kali kalah dari tiga laga awal. Dua dari tiga kekalahan ini terjadi di La Paz, yakni atas Argentina dan Ekuador.
Bisa dibilang, mereka kini mengalami kemandekan, dan ketinggian La Paz tak sepenuhnya bisa diandalkan. Tim-tim lawan mulai bisa mengantisipasinya, sehingga tak lagi bermasalah dengan kadar oksigen tipis di kota ini.
Di Copa America, sejak mencapai final tahun 1997, Bolivia hanya mampu lolos dari fase grup pada Copa America 2015. Belakangan, mereka makin tertinggal, karena tim anak bawang lain di Amerika Latin, yakni Venezuela, juga mulai berkembang.
Venezuela sendiri memang masih menjadi satu-satunya negara zona CONMEBOL yang belum pernah lolos ke Piala Dunia. Tapi, faktor ini sedikit banyak bisa dimaklumi, karena negara ini menjadikan baseball sebagai olahraga nomor satu.