Waktu kecil dulu, aku sering kesal karena dibatasi, sebelum akhirnya menyadari, aku punya keterbatasan yang begitu nyata. Tapi, keadaan mendorongku untuk terus melangkah, sampai akhirnya aku benar-benar bisa membaur dengan nyaman.
Jadi, jujur saja, saat aku berada di lingkungan seragam itu, aku sedikit merasa terkucilkan. Benar, setelah dibuang seperti sampah karena pagebluk, semua yang sudah kulalui dengan penuh perjuangan seperti sia-sia.
Keadaan memang sering membuangku dengan mudah, hanya karena aku berbeda. Masalahnya, menyatukan perbedaan ini dalam satu keseragaman kecil hanya menunda rasa sakit lebih parah.
Saat akhirnya kembali ke dunia nyata yang majemuk dan sedikit gila, keseragaman kecil ini tetap sebuah perbedaan. Perbedaan ini seharusnya bukan masalah, jika mau dan boleh menjadi satu bagian keberagaman, bukan malah terus menyatukannya ke dalam satu wadah terpisah.
Kini, aku aku bersyukur karena titik akhir telah tiba. Aku siap kembali lagi ke dunia yang brutal itu, karena inilah tempatku. Inilah alam nyata yang memberiku ruang untuk menyatu apa adanya, meski tubuh ini terlihat renta.
Selamat datang (kembali) di alam nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H