Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Negeri Satu Sisi

12 November 2020   01:51 Diperbarui: 12 November 2020   02:03 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku hanya tak ingin menyombongkan diri, karena tak ingin mereka cemburu. Apa gunanya cari musuh?

Aku hanya mengikuti naluri sebagai seorang berkebutuhan khusus. Dengan tegas, ia menyuruhku diam. Bicara kabar baik ini hanya akan melukai mereka, yang juga sangat mengharapkannya datang.

Kegetiran di hatiku makin terasa kuat, karena ada stigma "keterbatasan adalah alasan untuk membedakan". Benar, tubuh ini berbeda, tapi mengumpulkannya dengan yang serupa bukan jawaban mutlak.

Ini memang bisa membuat nyaman untuk sesaat, tapi memanjakan bukan mendidik, apalagi memanusiakan manusia. Aku hanya senang dengan kompetisi di sini, karena ada harapan dan peluang nyata yang akhirnya terwujud.

Ada sedikit harapan dan nafas di tengah kesesakan. Awalnya, aku memang merasa marah, karena apa yang kulakukan sepenuh hati sering berakhir seperti cinta bertepuk sebelah tangan.

Ketika harapan itu datang, aku senang, karena titik akhir sudah dekat. Tapi, saat semua harus berakhir, kata keberatan untuk berpisah dalam bungkus "menjaga silaturahim" justru terucap.

Mereka sempat menyayangkan keputusanku dan mempertanyakannya. Ini sukses membuatku terlihat sangat kejam bagi mereka.
Aku tetap bergeming, karena pengalaman pernah mengajariku untuk melangkah dan melupakan.

Aku masih ingat, bagaimana janji menjaga kebersamaan terucap saat perpisahan sekolah. Janji di masa remaja itu terasa emosional, tapi tak pernah sepenuhnya jadi nyata.

Meski begitu, kebersamaan itu telah mengkristal jadi kaset memori yang menghangatkan hati, tiap kali diputar ulang. Ada momen senang, ada kalanya  terasa sulit, tapi semua itu begitu indah, karena boleh berakhir dengan rasa syukur.

Pada akhirnya, waktu memang menuntun kami menerimanya sebagai bagian pendewasaan. Itu sebabnya kami tahu, perpisahan dalam pertemuan itu pasti.

Inilah titik penanda perjalanan, tempat semua dimulai dan diakhiri. Untuk bisa melangkah, aku hanya perlu mengakhiri dan merelakan yang sudah lalu, sebagai bukti siap untuk melangkah lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun