Pada bulan ini, Kompasiana genap menapak usia 12 tahun, sebuah usia yang cukup senior, untuk ukuran platform digital, meski masih "bocah" untuk ukuran seorang manusia.
Entah sudah berapa banyak artikel mejeng di sini, yang jelas, ini adalah tempat bagi begitu banyak orang berekspresi lewat tulisan, dalam beragam pilihan topik. Otomatis, ada begitu banyak cerita yang mengisi Kompasiana, termasuk dari saya.
Saya sendiri baru mulai menulis di Kompasiana sejak awal Desember 2016 silam. Jadi, bisa dibilang saya masih junior, meski jumlah artikel saya di sini sudah mencapai empat digit.
Memang, pada prosesnya, saya sempat "bolong-bolong" dalam menulis di sini. Terutama sejak mulai merantau ke Jakarta, karena cukup sibuk bekerja.
Meski begitu, saya selalu punya rasa nyaman yang sama, karena Kompasiana membebaskan saya menjadi diri sendiri, tanpa pernah melihat kekurangan fisik saya.
Situasi ini membuat saya nyaman bereksplorasi dalam beragam topik, meski ternyata saya diingat beberapa Kompasianer, sebagai seorang "spesialis" di satu topik tertentu.
Uniknya, saya bisa membaur dengan nyaman, ditengah kepelbagaian Kompasianers, entah dari segi usia, profesi, dan sebagainya. Semua itu menyatu dengan baik di Kompasiana.
Lebih dari itu, rasa nyaman dan kebersamaan di sini sama baiknya, entah di kolom komentar ataupun saat bertemu langsung. Inilah yang membuat saya merasa seperti ada di rumah sendiri.
Untuk momen perjumpaan secara langsung, saya kebetulan pernah mengalaminya di tiga momen beruntun, pada tahun 2019 lalu.
Pertama, saat berkunjung ke gedung Kompas Gramedia. Kedua, saat syukuran ulang tahun Kompasiana ke 11 (di Museum Bank Indonesia). Ketiga, saat menghadiri Kompasianival 2019.
Ketiga momen ini terasa spesial, karena saya dapat bertemu langsung dengan  para Kompasianers, tim admin, dan manajemen Kompasiana, sekaligus merasakan langsung keseruannya. Sedikit melelahkan secara fisik, tapi sangat menyenangkan.
Bagi saya pribadi, ini adalah satu memori spesial, karena sebelumnya saya hanya iseng saat memulai perjalanan menulis di blog keroyokan ini. Modal Ilmu atau pendidikan soal menulis pun terkesan seadanya.
Syukurlah, seperti halnya kekurangan fisik saya, masalah kekurangan ilmu pun tak jadi soal. Di sini, saya sungguh merasa lega, karena tulisanlah yang pertama kali dilihat. Ini menjadi poin kunci, karena tulisan adalah cermin isi hati, karakter dan pikiran penulisnya.
Semua ini membuat saya bisa tetap nyaman menulis, sambil terus menjaga hubungan baik yang sudah ada.
Saya sendiri biasa bersikap bodo amat soal nominasi atau sejenisnya, karena bisa menulis dengan bebas saja sudah menyenangkan. Tapi, untuk tahun ini saya ingin mencoba ikut (jika ada). Sedikit usil bin iseng sambil menambah pengalaman dan meramaikan suasana. Hasilnya? Terserah.
Terlepas dari kebiasaannya yang kadang bisa error, Kompasiana sudah menjadi rumah bagi para penulis dan tulisannya, tanpa melihat atribut apapun yang mereka punya. Inilah yang membuat slogan "Beyond Blogging" benar-benar hidup.
Mungkin, suasana ulang tahun Kompasiana (dan Kompasianival) tahun ini akan sangat berbeda akibat imbas pandemi. Tapi inilah satu titik penanda perjalanan yang layak disyukuri. Semoga, ini bisa terus berlanjut.
Dirgahayu Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H