Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Balik Kepulangan Alvaro Morata ke Juve

22 September 2020   12:47 Diperbarui: 22 September 2020   12:49 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pirlo-Morata, dulu dan kini (Dailymail.co.uk)

Setelah sempat dikaitkan dengan nama Luis Suarez dan Edin Dzeko, Juventus akhirnya memboyong Alvaro Morata dari Atletico Madrid, Selasa (22/9).. Penyerang berusia 27 tahun ini dipinjam dengan ongkos 9 juta euro, dengan opsi transfer permanen di akhir musim senilai 45 juta euro.

Awalnya, Juve mengincar Luis Suarez (33), yang kebetulan memang masuk daftar jual Barcelona. Sayang, pemain Uruguay itu terkendala masalah kepemilikan paspor Uni Eropa dan birokrasi.

Masalah ini lalu membuat Si Zebra beralih mengincar Edin Dzeko (34). Sayang, meski sempat bernegosiasi dengan AS Roma, pemain asal Bosnia-Herzegovina ini akhirnya batal pindah ke Turin

Penyebabnya, Si Serigala gagal mencapai kesepakatan dengan Napoli, terkait transfer Arkadiusz Milik. Penyerang Polandia ini memang dibidik Roma, andai Dzeko pergi.

Akhirnya, perburuan penyerang Si Nyonya Tua tuntas, setelah mereka memutuskan reuni dengan Morata. Seperti diketahui, jebolan akademi Real Madrid ini sempat berseragam Putih-Hitam, pada periode 2014-2016.

Pada tahun pertamanya di Italia, Morata sempat menjadi rekan setim Andrea Pirlo, yang kini melatih Juventus. Kala itu, mereka mampu mengantarkan tim ke final Liga Champions musim 2014/2015.

Uniknya, kepulangan Morata ke Juve sekaligus melapangkan jalan untuk kepindahan Luis Suarez ke Atletico Madrid. Boleh dibilang, kedua transfer ini saling terkait.

Jika melihat gaya bermain Suarez, Dzeko dan Morata, mereka sama-sama bisa menjadi target man yang baik di lini depan. Dzeko dan Morata punya postur tubuh ideal, sementara Suarez pintar mencari celah.

Memang, diantara ketiganya, Suarez punya statistik performa paling gahar, yakni mencetak 198 gol dan 109 assist, plus meraih satu trofi El Pichichi selama 6 tahun berkostum Blaugrana.

Tapi, statistik ini terlihat biasa saja, karena ia lebih banyak berperan sebagai tandem Lionel Messi, terutama sejak Neymar pergi tahun 2017.

Melihat kapabilitas inilah, Juve sempat tertarik memboyong El Pistolero, sebelum akhirnya mendapatkan Morata. Pertanyaannya, mengapa Juve mencari target man?

Jawabannya sederhana, mereka sedang membutuhkan sosok penyerang yang bisa membuka ruang seluas mungkin buat Cristiano Ronaldo. Dengan harapan, CR7 bisa lebih fokus berperan sebagai pencetak gol.

Memang, sejak kedatangannya ke Turin, bintang Timnas Portugal ini seperti kehilangan "sesuatu" dalam permainannya. Rupanya, Juve tak punya sosok target man, yang bisa memberi ruang buat Ronaldo.

Di Real Madrid, eks pemain termahal dunia ini memang sudah mendapat servis sempurna dari Karim Benzema. Penyerang asal Prancis ini selalu bisa menarik perhatian bek lawan, dan membuat rival Lionel Messi ini bergerak leluasa.

Memang, Ronaldo juga didukung lini tengah dan wingback yang oke di Bernabeu. Tapi, keberadaan Benzema sebagai "penangkal petir" di depan membuat pekerjaannya lebih mudah. Gol pun mengalir dengan lancar.

Inilah aspek yang agaknya diidentifikasi Andrea Pirlo sebagai kunci untuk mempertajam daya dobrak tim, sekaligus memaksimalkan kemampuan terbaik Ronaldo.

Inilah "missing link" yang akhirnya bakal ditemukan Juventus, untuk membuat Ronaldo lebih bersinar, sekaligus membuktikan, rencana Pirlo untuk membuat Juve tampil lebih tajam musim ini benar adanya.

Setidaknya, itu bisa kita lihat, saat Giorgio Chiellini dkk berhasil mengalahkan Sampdoria 3-0 di pekan perdana Liga Italia. Dalam laga ini, mereka mampu membuat total 20 tembakan ke gawang Il Samp, dan mencetak gol lewat aksi Dejan Kulusevski, Leonardo Bonucci, dan Cristiano Ronaldo.

Agaknya, musim ini akan jadi selancar biasanya, terutama jika Juve dan Pirlo mampu bermain konsisten di liga.

Di level domestik, tak ada yang membantah dominasi tim kesayangan Juventini, karena mereka mampu konsisten meraih Scudetto.

Praktis, tantangan terbesar mereka ada di Eropa. Inilah trofi yang nantinya bisa memahkotai era sukses tim sedekade terakhir.

Tanpa kesuksesan di Eropa era sukses Juventus di dalam negeri akan terasa hambar, karena mereka masih terjebak dalam stagnasi, yang bisa menghasilkan kemandekan, jika tak ada upgrade ke level berikutnya.

Mampukah Juve mewujudkannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun