Setelah diliputi spekulasi dan tarik ulur selama beberapa bulan terakhir, akhirnya spekulasi transfer Thiago Alcantara ke Liverpool tuntas. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Karl-Heinz Rummenigge, selaku CEO Bayern Munich, Kamis (17/9).
Untuk mengangkut pemain asal Spanyol ini, Liverpool total merogoh kocek 30 juta euro, yang sudah termasuk bonus performa. Di Anfield, pemain berdarah Brasil ini akan mengenakan nomor punggung 6, dan diikat kontrak selama empat tahun.
Dengan demikian, Thiago menjadi pemain baru kedua Liverpool musim ini. Sebelumnya, Liverpool sudah memboyong Kostas Tsimikas, bek kiri Timnas Yunani, dari klub Olympiakos Piraeus (Yunani).
Meski sebenarnya bukan kejutan, karena Klopp sudah mengincarnya sejak lama, transfer kakak kandung Rafinha Alcantara ini sebetulnya di luar kebiasaan, karena ia membeli seorang pemain berusia 29 tahun yang sudah "jadi", bahkan belum lama ini sukses meraih Treble Winner di Bayern.
Tapi, jika dilihat dari kacamata taktik, kedatangan eks pemain Barcelona ini adalah satu strategi Klopp melengkapi kepingan puzzle di timnya, terutama di sektor dapur serangan.
Selama ini, Liverpool memang banyak mengandalkan gelandang penjelajah macam Jordan Henderson, Gini Wijnaldum, Fabinho, dan James Milner. Sepeninggal Philippe Coutinho ke Barcelona, mereka memang masih punya Alex Oxlade-Chamberlain dan Naby Keita
Keduanya memang tipe pemain kreatif, yang gemar membuat kejutan, entah lewat dribel, umpan terobosan, atau tembakan jarak jauh. Sayang, mereka masih belum sepenuhnya bisa menggeser para gelandang penjelajah Liverpool, karena kerap diganggu masalah kebugaran atau cedera.
Alhasil, Liverpool cenderung lebih banyak mengandalkan kelincahan trisula Firmino-Mane-Salah, atau umpan silang maut duo wingback Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson. Lini tengah lebih banyak ditugaskan sebagai filter serangan lawan, sekaligus titik awal serangan balik cepat tim di area tengah lapangan.
Tak heran, meski tangguh, lini tengah Si Merah terlihat monoton, minim efek kejut. Mereka terlihat "biasa saja" dan belakangan mulai bisa diantisipasi dan ditembus tim lawan.
Berangkat dari situlah, Klopp lalu bergerak mencari gelandang kreatif, dengan Thiago sebagai target spesifik. Dengan visi bermain dan pengalaman yang oke, Thiago mampu memberi dimensi ekstra buat permainan The Kop, sekaligus menjadi pengatur tempo permainan tim.
Inilah atribut yang nantinya akan meng-upgrade level sistem permainan Gegenpressing khas Klopp ke level berikutnya. Karena akan ada unsur pengaturan tempo dan efek kejut, yang bisa dihadirkan jebolan akademi La Masia ini di lapangan.