Dari segi emosi, sumbu pendek pemain Timnas yang sedang kelelahan, belakangan mulai banyak dieksploitasi lawan, untuk semakin merusak konsentrasi yang memang sudah rusak. Akibatnya, kita kerap melihat keributan tak perlu di lapangan.
Dari sini saja, terlihat seberapa parah kekurangan dasar Timnas. Jadi, mengejar prestasi tinggi jelas tak mungkin, karena dasarnya saja masih serba berantakan.
Ditambah lagi, level disiplin pemain kita masih kurang, baik secara individu maupun tim. Jadi, wajar jika eks pemain Timnas Korea Selatan ini juga memberlakukan aturan ketat, termasuk dalam hal menu makanan dan disiplin.
Jelas, tujuannya adalah membentuk etos kerja dan sikap disiplin tiap pemain. Hal ini coba dibentuk pelatih juara Liga Champions Asia 2010, supaya para pemain kita punya sikap disiplin dan daya tahan fisik layaknya atlet sepakbola profesional.
Hal ini penting, supaya kemampuan individu yang sudah ada dapat didukung dengan kondisi fisik bagus. Jika sudah terbentuk sempurna, barulah kemampuan ini bisa lebih dikembangkan, bahkan dioptimalkan.
Setelah setiap pemain sudah terbentuk secara individu, barulah mereka digembleng lagi di tahap berikutnya. Kali ini, mereka digembleng sebagai sebuah tim, supaya bisa menjadi satu kesatuan kompak dan tangguh.
Dengan pengalamannya sebagai pemain Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 1994, pendekatan STY ini cukup relevan. Jika ingin mengejar prestasi tinggi sebagai sebuah tim, tiap individunya harus punya kapasitas memadai, dan mampu menjadi tim yang solid.
Meski keadaan sedang kurang menguntungkan akibat imbas pandemi Corona, keadaan ini bisa dimanfaatkan STY, untuk fokus membangun tim. Kebetulan, keadaan ini juga memaksa PSSI tak bisa lagi memasang target seenaknya.
Maklum, kepastian penyelenggaraan Piala Asia U-19 dan U-16 di Uzbekistan dan Bahrain masih tanda tanya. Di sisi lain, perhelatan Piala AFF juga dipastikan diundur ke tahun 2021.
Otomatis, Tim Garuda kemungkinan tak punya agenda turnamen besar tahun ini. Jadi, tak ada beban target prestasi yang harus dipikul STY dan para pemain timnas.
Mengingat ketertinggalan level Timnas Indonesia belakangan ini, metode pelatihan STY bisa menjadi solusi. Dengan catatan, semua dibiarkan berjalan sebagaimana mestinya, tanpa gangguan apapun.