Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaise

19 Agustus 2020   18:32 Diperbarui: 19 Agustus 2020   18:38 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang harus berjuang, pagebluk ini adalah lawan paling menjengkelkan. Gara-gara dia, hidup makin susah. Gaji makin berkurang adalah satu bentuk "New Normal" . Jangankan liburan, bisa makan dua kali sehari saja sudah sangat bersyukur.

Pagebluk sialan ini juga jadi penyebab paling umum, dari naiknya angka PHK. Semua perusahaan seperti sedang berlomba membuat PHK massal, layaknya ikut lomba makan kerupuk.

Mereka terlihat seperti kapal besar reyot yang harus mengosongkan semua isinya, hanya demi tidak tenggelam. Saking niatnya, mesin dan sekoci pun mereka buang semua. Apalah daya sebuah kapal besar reyot tanpa mesin dan sekoci, saat badai sudah menerjang? Ah sudahlah, mereka hanya ingin aman.

Pesangon? Makhluk apa itu?
Tunggakan gaji? Sudahlah, tak usah dibahas. Itu hanya bunga tidur.

Bagi mereka, kepergian kami serasa sebuah kemerdekaan. Merdeka dari beban gaji, merdeka dari beban pesangon.

Kami memang dimerdekakan dari pekerjaan, tapi tidak dari kebutuhan hidup sehari-hari. Kami bahkan harus siap terlunta-lunta menghadapi semua ketidakpastian.

Di mana negara? Entahlah. Ia begitu jauh, karena hanya bisa kami lihat dalam berita dan dunia maya. Ia hanya dekat, dengan mereka yang membuatnya tampak membanggakan di mata dunia. Kepada kami, ia seperti sedang amnesia.

Benar, negeri ini begitu haus pada kebanggaan dan pengakuan, sekaligus sangat memandang jijik sebuah penderitaan. Dijajah terlalu lama, ternyata memang kurang baik buat kesehatan mental.

Selama negara hanya hadir di acara berita dan seremonial, selama itu pula kami harus menderita. Ini aneh, karena selama ini negara selalu berkata "kami baik-baik saja.", bahkan saat bencana resesi sudah di ambang pintu.

Apanya yang baik-baik saja?

Mungkin, ini terdengar aneh, tapi beginilah realita hidup di negara berbunga nan ajaib. Di saat semua orang sedang susah, kenaikan tarif tetap ada. Andai daun kering, barang bekas, dan sampah bisa jadi alat bayar, tak akan ada protes. Malah, lingkungan akan jadi bersih karenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun