Disebut pelik, karena subjektivitas dan kepentingan pihak tertentu makin berani mencemari kebenaran murni sebuah fakta. Celakanya, belum banyak yang bisa dilakukan untuk segera memperbaiki ini.
Disebut ironis, karena ini terjadi di bangsa yang kaya dalam kepelbagaian. Alih-alih digunakan sebagai salah satu sarana pembangunan atau penguatan karakter, sejarah justru dijadikan alat "pembunuhan karakter" secara sistematis oleh pihak tertentu, dalam hal ini para pembuat hoaks soal sejarah.
Memang, ada kemampuan khusus lain yang kadang tampil, seperti kemampuan "melihat dan berbicara" atau menjadi "wadah" buat "mereka" yang ingin menyampaikan pesan.  Kadang ini membuat merinding, karena emosinya cukup terasa.
Tapi, cara mereka dalam mempersiapkan dan menjalankan semuanya sungguh tertata. Kalaupun ada hal diluar kendali, dampaknya tidak fatal, karena mereka selalu minta izin di awal, dan memang hanya bertujuan mencari informasi sambil mengedukasi masyarakat, termasuk jika menghadapi hal-hal diluar nalar.
Saya sendiri bersyukur, karena jenis konten semacam ini masih ada. Selain sarat informasi, ini sekaligus memperluas perspektif umum, tentang "kemampuan khusus", yang memang  bukan hanya soal "melihat atau berbicara" dengan "mereka".
Sebenarnya, "kemampuan" semacam ini ada, supaya dapat digunakan sebagaimana mestinya, untuk kebaikan bersama. "Kemampuan" ini hanya akan menjadi sumber masalah, jika digunakan untuk tujuan menyimpang, termasuk pamer kemampuan.
Semoga, konten semacam ini semakin banyak, supaya pandangan negatif orang-orang tentang hal-hal berbau metafisika atau orang-orang "berkemampuan khusus" bisa diluruskan. Lagipula, mereka sama seperti kita; hidup untuk menjalankan tugas dari Atas, dan baru dipanggil "pulang" ke asal, jika tugasnya sudah dianggap selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H