Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Empat Kali Tujuh

14 Juli 2020   00:43 Diperbarui: 14 Juli 2020   00:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada semuanya, aku hanya bisa berucap, "Terima kasih, sampai jumpa lagi.", atas semua kebaikan yang sudah mereka berikan.  Situasi hari itu tergambar dengan baik, dalam potongan lirik lagu "Sebuah Lagu"

Duduk bersama tak melakukan apa pun
Keluh-kesah 'kan perjuangan dan masa sulit
Seduhan teh dan persahabatan melunturkan lelah
Jam dinding tak berjarum
Sudah larut, kaki enggan melangkah

Duduk bersama tak melakukan apa pun
Menuang secangkir cerita tangis dan tawa
Tak berjanji tapi selalu ada dalam masa kelam
Terima kasih, teman
Untukmu kunyanyikan sebuah lagu

Sederhananya, apa yang dimulai dan berjalan secara baik-baik, seharusnya bisa berakhir dengan baik-baik juga, saat sang waktu memutuskan semua sudah berakhir.

Kalaupun masih berlanjut, itu adalah sebuah berkat. Ternyata  memang itulah yang setelahnya terjadi. Saat senggang, aku memang masih sesekali mampir ke sana. Syukurlah, setidaknya orang mungil ini masih diingat.

Mungkin, tindakanku terlihat kuno, tapi aku perlu melakukannya demi menjaga keseimbangan. Aku memang menjadi seorang yang (entah kenapa) sering dipamiti secara personal. Ini memang sebuah kehormatan, karena setidaknya ada yang masih mengingat. Tapi, ada saatnya orang yang biasa dipamiti pun harus berpamitan.

Pada prosesnya, "Vivere Pericoloso" juga kualami langsung secara harfiah di ibukota. Bukan hanya dalam satu, tapi tiga peristiwa besar beruntun.

Momen besar pertama kualami, saat negeri ini menggelar ajang pesta demokrasi. Akibat fanatisme berlebih, momen yang seharusnya jadi pesta rakyat ini membuat ibukota jadi mencekam. Ada aksi demo berujung anarkis selama beberapa hari, dan ketegangan mencuat dimana-mana.

Sangat disayangkan, padahal masih banyak orang baik yang menyenangkan. Salah satu yang kujumpai, adalah para sekuriti gedung. Aku ingat, beberapa dari mereka pernah bertanya, "Pilih 0-1 atau 0-2, mas?"

Dengan santainya, aku selalu menjawab, "Saya pilih 0-0 aja deh, biar ada perpanjangan waktu terus adu penalti, kan seru mas, bikin deg-degan.". Satu jawaban yang selalu sukses memancing tawa.

Inilah yang membuat suasana tetap menyenangkan, karena semua terasa begitu cair. Tak ada fanatisme berlebih di sini, karena kalaupun akhirnya berpendapat, mereka berpendapat tanpa memaksakan pandangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun