Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Empat Kali Tujuh

14 Juli 2020   00:43 Diperbarui: 14 Juli 2020   00:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Vivere Pericoloso"

(Bahasa Italia: hidup menyerempet bahaya)

Bukan, ini bukan judul Pidato Bung Besar yang penuh nyali itu. Ini bukan juga tahun 1964, masa dimana internet masih berupa angan.

Ini adalah gambaran sederhana, dari apa yang kujalani di ibukota. Inilah yang kulihat, bahkan kurasakan, sejak keputusan merantau ini masih berupa pertimbangan abstrak, karena terbersit begitu saja dalam pikiran.

Benar, bagi orang-orang di lingkungan sekitarku, merantau, apalagi sendirian, ke ibukota adalah satu pilihan nekat. Apalagi, jika pembandingnya adalah Kota Klasik, tempat dimana waktu serasa berjalan lebih santai dari seharusnya.

Anggapan di atas, biasanya berlaku untuk mereka yang secara fisik "normal". Andai ada yang berani memutuskan begitu, bisa dipastikan, akan ada sesi perdebatan berjilid-jilid, dengan harapan keputusan ini bisa dibatalkan. Kalau bisa dekat, kenapa harus jauh-jauh?

Berhubung kondisi tubuhku "tidak normal", pilihan merantau ke ibukota benar-benar ajang uji nyali. Aku sadar, keberatan dan bahaya sudah menunggu di depan mata.

Kalaupun disetujui, aku masih harus menjalani hidup yang benar-benar menyerempet bahaya. Semua harus kusiapkan sendiri, termasuk mengumpulkan modal. Meski akhirnya terkumpul dengan jumlah seadanya, setidaknya itu cukup untuk biaya hidup sampai gaji datang.

Tapi, itulah yang akhirnya harus kujalani, saat pertimbangan itu benar-benar menjadi satu keputusan bulat. Keputusan ini kuutarakan, tepat di hari jadiku yang ke dua kali tiga belas, dua tahun lalu. Kata "setuju" atas keputusan ini, adalah satu kado istimewa. Inilah saatnya aku melangkah.

Saat akhirnya tiba di ibukota "Vivere Pericoloso" seolah menjadi gambaran, dari apa yang harus kujalani. Memang, sesekali jalan yang kutempuh terlihat seperti "jalan terang", karena ada teman atau keluarga yang ikut mendukung.

Tapi, ada saatnya aku harus menjalani dan memutuskan semuanya sendiri. Di titik inilah, wujud "Vivere Pericoloso" sungguh nyata. Kali ini, ia berwujud "jalan sunyi" sekaligus "jalan pedang", karena apa yang kupilih dan harus kujalani sendiri bukan sesuatu yang terlihat "populer".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun