Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Beda Nasib Dua Tim Juara

12 April 2020   16:33 Diperbarui: 13 April 2020   03:18 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkat performa inspiratifnya di Meksiko, El Diego sukses meraih trofi Bola Emas di akhir turnamen, dan mengukuhkan diri sebagai legenda hidup. Kelak, ia menjadi "benchmark" pemain bertipe "nomor 10" di Argentina.

Tak heran, setiap kali muncul pemain muda berbakat berposisi "nomor 10" di Argentina, embel-embel "The Next Maradona" pasti akan mengikuti. Komparasi dengan El Pibe de Oro akan menjadi-jadi, jika si pemain itu misalnya berpostur kecil dan berkaki kidal seperti sang legenda.

Alhasil, alih-alih menjadi pujian atau penyemangat, label "The Next Maradona" justru menjadi beban. Karena, ada harapan begitu besar, dengan standar begitu tinggi di dalamnya.

Tak heran, peraih enam trofi Ballon D'Or seperti Messi saja kerap kesulitan tampil maksimal di Tim Tango, begitu juga dengan pemain-pemain lain yang pernah mendapat label The Next Maradona lainnya. Belum ada yang bisa menyamai apalagi melampaui level Maradona yang asli.

Lionel Messi (Goal.com)
Lionel Messi (Goal.com)
Menariknya, paradoks perlakuan, antara dua generasi juara dunia di Timnas Argentina ini membuktikan, sebuah tim juara yang kuat di semua lini, dan padu sebagai sebuah tim, kadang bisa terlupakan begitu saja. Karena, mereka dianggap melakukan hal normal.

Tak ada yang luar biasa, jika sebuah tim bisa menjadi juara sebagai sebuah tim, terutama jika situasi-kondisi memang mendukung sejak awal. Sebaliknya, jika sebuah tim yang tak diunggulkan bisa meraih trofi, berkat sinar terang seorang bintang, itu baru luar biasa.

Mungkin inilah alasan, mengapa banyak pemain berlomba-lomba menjadi bintang, tapi gagal bersinar. Karena, mereka melupakan hakekat sepak bola sebagai olahraga tim.

Inilah juga alasan, mengapa Argentina masih saja kerap patah hati di turnamen mayor. Nostalgia atas kebintangan El Diego ternyata masih terlalu indah untuk dilupakan. Padahal, seorang pemain hanya akan bersinar terang, jika ia bisa bebas menjadi dirinya sendiri, tanpa harus menjadi "versi tiruan" dari siapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun