Karena, ini mengajak saya untuk lebih "bisa rumangsa" (Bahasa Jawa: bisa menyadari) karena sudah mengalami, ketimbang "rumangsa bisa" (Bahasa Jawa: merasa bisa), karena sudah (merasa) memahami semuanya sejak awal.
Jika dasarnya rumangsa bisa, saya pasti akan merasa cepat bosan, bahkan berhenti di tengah jalan, karena yang saya kejar hanya popularitas atau label. Saat semua tak kunjung diraih, rasa jenuh akan datang, karena ilmu sudah dipegang, tapi hasil tak kunjung datang. Sementara itu, saat semua sudah diraih, hanya kekosongan yang dirasakan.
Bagi saya, semua memang seperti berjalan begitu saja, tanpa rencana khusus apapun sejak awal. Jadi, saat semuanya datang satu persatu, itu adalah sebuah pencapaian, sekaligus kesempatan untuk merefleksikan kembali semuanya, sebelum kembali melangkah.
"Pastinya, setiap orang punya cerita perjalanan dan kesan sendiri-sendiri soal tulis-menulis. Jadi, tidak ada kata terlambat saat memulai, atau mencapai titik demi titik. Semua tepat waktu, sesuai porsi masing-masing."