Bicara soal PSS Sleman, ada beberapa hal, yang membuat kita langsung klik dengannya. Pertama, mereka punya Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS), kelompok suporter fanatik yang solid dan kreatif. Kedua, mereka menjadi satu-satunya tim promosi yang mampu bertahan di Liga 1 musim lalu.
Untuk poin pertama, kedua kelompok suporter ini selalu menjadi pemain ke 12 tim, dengan dukungan total, antara lain lewat koreo kreatif sepanjang pertandingan. Meski basis suporter fanatiknya belum sebesar Jakmania, Bonek, Aremania, atau Bobotoh, mereka mampu menjadi satu kekuatan ekstra tiap kali PSS bermain, terutama di kandang.
Tak heran, performa Tim Super Elja, alias Super Elang Jawa musim lalu cukup bagus, terutama saat bermain di Stadion Maguwoharjo, kandang mereka. Di bawah arahan Seto Nurdiyantoro, Laskar Sembada berhasil finis di posisi ke 8 klasemen akhir Liga 1. Capaian ini cukup bagus, untuk ukuran tim promosi.
Tak heran, menjelang bergulirnya Liga 1 musim 2020, PSS Sleman menjelma menjadi klub yang terlibat "menarik" di bursa transfer. Terbukti, nama-nama pemain kelas nasional, mulai dari I Gede Sukadana (eks Bali United), Luthfi Kamal (eks Timnas U-19), sampai Irfan Bachdim (Timnas senior Indonesia) berhasil didatangkan.
Di sektor pelatih pun, PSS berhasil mendatangkan Eduardo Perez (Spanyol), eks asisten Luis Milla di Timnas Indonesia, yang juga sempat menjadi asisten Xavi Hernandez (legenda Barcelona) di klub Al Sadd (Qatar). Perez diplot sebagai pengganti Seto Nurdiyantoro, yang menyeberang ke PSIM Yogyakarta, rival sedaerah PSS, yang saat ini berkompetisi di Liga 2.
Jika melihat bagaimana manuver belanja PSS, tentunya kita bisa langsung melihat, manajemen PSS mematok target prestasi (minimal) seperti musim lalu atau lebih tinggi. Maklum, profil pemain yang didatangkan lebih baik dari sebelumnya. Pelatih yang didatangkan pun bukan sosok yang asing dengan sepak bola nasional. Terlihat cerah kan?
Tapi, semua gambaran cerah itu mendadak sirna, setelah Eduardo Perez mendadak mundur dari posisinya, Senin, (24/2) lalu, meski belum genap dua bulan bertugas. Perbedaan pandangan mendasar antara dirinya dan manajemen klub menjadi penyebab utama. Belakangan diketahui, alasan serupa menjadi penyebab perpisahan PSS dengan Seto Nurdiyantoro.
Situasi ini jelas tak ideal. Maklum, Liga 1 musim 2020 akan kick off awal Maret mendatang. Dalam laga perdana, PSS dijadwalkan akan bertandang ke markas PSM Makassar.
Memang, manajemen PSS lalu bergerak cepat, dengan mengontrak Dejan Antonic. Pelatih asal Serbia ini menjadi opsi paling "aman", karena ia sudah lama berkiprah di Indonesia, baik sebagai pemain, pelatih, maupun komentator di televisi.
Dari segi prestasi sebagai pelatih, ia tercatat pernah sukses membawa Pelita Bandung Raya (cikal bakal Madura United) menjadi tim juara tiga liga Indonesia musim 2014. Kebetulan, Pelita Bandung Raya (PBR) saat itu sama sekali tidak diperhitungkan.
Agaknya, rekam jejak inilah, yang "menggoda" manajemen PSS. Harapannya, siapa tahu PSS bisa membuat kejutan seperti PBR dulu.
Tapi, berhubung waktu persiapan PSS Sleman bersama Antonic begitu mepet, rasanya membuat PSS bisa berbicara banyak di liga, minimal seperti musim lalu, adalah satu target yang terlalu muluk. Dengan situasi begini, bisa lolos dari degradasi saja sudah merupakan satu keberhasilan.
Menariknya, aktivitas PSS Sleman di bursa transfer menampilkan sebuah paradoks. Capaian mereka musim lalu memang berhasil menarik pemain kelas nasional dan sponsor untuk datang. Sayangnya, situasi ini juga malah "dimanfaatkan" manajemen PSS untuk mengganti pelatih.
Dari segi daya tarik, PSS Sleman memang cukup menarik saat ini. Tapi, tugas Dejan Antonic bisa dipastikan akan menjadi berat. Dengan persiapan yang sangat mepet, andai ia gagal memenuhi ekspektasi, ini adalah satu hal yang wajar.
Ini sekaligus menjadi peringatan bagi manajemen PSS Sleman, untuk tak asal ambil keputusan. Bagaimanapun, mempersiapkan tim dalam sepak bola tak akan bisa beres, jika hanya mengandalkan sistem kebut semalam. Tapi, sukses-tidaknya manuver belanja PSS Sleman nantinya, biar waktu yang membuktikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H