Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tahun Bersejarah Si Merah

22 Desember 2019   10:26 Diperbarui: 22 Desember 2019   10:51 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersejarah. Inilah kata yang kiranya pas, untuk menggambarkan bagaimana tahun 2019 bagi Liverpool. Maklum, di tahun 2019, Liverpool menjadi tim yang meningkat pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Meski kalah tipis di ajang Liga Inggris, dengan jarak hanya satu poin, dan kalah adu penalti di ajang Community Shield atas Manchester City, Liverpool justru berjaya di kompetisi Eropa dan antarbenua. Tak tanggung-tanggung, tiga gelar sekaligus berhasil diraih Mohamed Salah dkk.

Gelar pertama yang diraih adalah Liga Champions Eropa, awal bulan Juni silam. Gelar ini didapat, setelah gol-gol Mohamed Salah dan Divock Origi membawa Si Merah mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0, dalam partai puncak yang dihelat di kota Madrid (Spanyol).

Setelahnya, Si Merah kembali berpesta di Istanbul (Turki) pada bulan Agustus. Kali ini, pasukan Juergen Klopp meraih trofi Piala Super Eropa, setelah menang 5-4 (adu penalti, 2-2 AET) atas Chelsea yang diasuh Frank Lampard.

Menariknya, kemenangan ini diraih saat Alisson Becker (kiper utama tim) sedang absen karena cedera. Dalam momen ini, Adrian yang diplot sebagai pengganti Alisson muncul sebagai pahlawan, seiring kesuksesannya menggagalkan eksekusi Tammy Abraham di babak tos-tosan.

Performa ciamik Liverpool di tahun 2019 (khususnya paruh kedua) juga menular di liga domestik. Dari 17 laga yang sudah dijalani, Sadio Mane cs berhasil meraih 16 kemenangan dan 1 kali imbang. Mereka unggul 10 poin atas Leicester City (posisi 2, nilai 39) dan 11 poin atas juara bertahan Manchester City (38) di posisi 3.

Kebetulan, kedua tim ini baru saja saling berhadapan langsung di Etihad Stadium, Minggu (22/12, dinihari WIB), dengan City menang 3-1. Kemenangan ini didapat City, setelah gol Jamie Vardy dibalas dengan gol-gol Riyad Mahrez, Ilkay Gundogan, dan Gabriel Jesus. Boleh dibilang, saat ini Liverpool sedang melaju kencang.

Meski begitu, jadwal bertanding Liverpool musim ini tergolong padat, khususnya di penghujung tahun. Maklum, selain harus berlaga di Liga Inggris dan Liga Champions, Liverpool juga harus bertanding di ajang Piala Liga Inggris dan Piala Dunia Antarklub.

Tak heran, akibat jadwal padat ini, Klopp sampai berani "berkorban" dengan menurunkan tim U-23 Liverpool, saat menghadapi Aston Villa di perempat final Piala Liga Inggris. Hasilnya, Liverpool kalah lima gol tanpa balas dan tersingkir.

Untunglah, pengorbanan itu tetap berbuah manis, karena Liverpool mampu meraih hasil positif di Piala Dunia Antarklub. Walau tampil dengan komposisi relatif seadanya, termasuk "memaksa" Jordan Henderson menjadi bek tengah dadakan di babak semifinal, Liverpool sukses melengkapi "Treble Winner" gelar internasional mereka tahun ini, sekaligus menjadi tim asal Inggris pertama yang meraihnya.

Dimulai dari kemenangan 2-1 atas Monterrey (juara CONCACAF) di semifinal, Kamis, (19/12, dinihari WIB) lewat gol-gol Naby Keita dan Roberto Firmino, Liverpool akhirnya pulang dari Qatar dengan membawa pulang trofi juara, setelah gol tunggal Roberto Firmino menentukan kemenangan Liverpool atas Flamengo, juara Copa Libertadores asal Brasil, Minggu (22/12, dinihari WIB). Ini merupakan gelar juara Piala Dunia Antarklub pertama sepanjang sejarah klub.

Uniknya, meski datang sebagai favorit juara, kedua kemenangan Liverpool sama-sama diraih dengan susah payah. Di semifinal, Liverpool harus menunggu sampai injury time babak kedua, untuk bisa menaklukkan perlawanan sengit Monterrey. Di final, Liverpool dipaksa bermain sampai babak perpanjangan waktu, sebelum akhirnya meraih trofi.

Tentunya, ini menunjukkan seberapa tangguh mental bertanding Liverpool. Di turnamen ini, mereka mampu menghadapi Monterrey yang bermain agresif, dan Flamengo yang bermain defensif sekaligus "tricky", tanpa kehilangan fokus dan ketenangan. Mereka tahu kapan harus bertahan, dan kapan harus memberi pukulan balik mematikan. Sungguh dewasa.

Menariknya, apa yang dicapai Liverpool tahun ini menciptakan sebuah anomali, karena Klopp memulai kisah suksesnya di Anfield, dengan meraih meraih trofi-trofi "internasional" lebih dulu, ketimbang trofi domestik. Boleh dibilang, raihan trofi juara Liga Champions musim lalu menjadi katalisator "panen trofi" Liverpool bersama Klopp, sekaligus buah dari apa yang selama ini sudah dibangun Klopp sejak mulai bertugas sebagai pelatih Liverpool.

Fenomena ini menjadi anomali, karena di saat tim-tim macam PSG (Prancis), Manchester City dan Chelsea (Inggris), Juventus (Italia), bahkan Manchester United di masa lalu, menjadikan trofi liga dan "cup competition" domestik sebagai fondasi era kesuksesan, sekaligus batu loncatan menuju titik puncak bernama trofi Liga Champions, Liverpool dan Klopp justru menjadikan raihan trofi Liga Champions sebagai fondasi era sukses mereka.

Praktis, dengan apa yang sudah diraih tahun ini, Liverpool hanya perlu menjaga rasa "lapar gelar" mereka, untuk bisa meraih trofi juara lainnya, termasuk Liga Inggris yang begitu didambakan. Karena, mereka sudah tahu, bagaimana cara meraih trofi juara, dan bertarung di bawah tekanan.

Gelar juara Piala Dunia Antarklub memang sudah diraih, dan layak untuk dirayakan sejenak. Tapi, Liverpool tak boleh larut dalam euforia kemenangan, karena periode sibuk sudah menanti di depan mata.

Selamat Reds!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun