Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sisi Abu-abu dalam Status "Legenda"

30 Oktober 2019   14:27 Diperbarui: 31 Oktober 2019   20:04 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Italia, ada Napoli yang pernah memecah dominasi para jagoan lawas macam Juventus, AC Milan dan inter Milan pada era akhir 1980an-awal 1990-an. Dengan dimotori Diego Maradona, Napoli antara lain berhasil meraih sepasang "Scudetto" plus satu piala UEFA (kini liga Europa). Prestasi ini masih belum bisa diulang lagi sampai sekarang.

Cerita serupa juga pernah mewarnai La Liga Spanyol dan liga Inggris. Di Negeri Matador, ada Deportivo La Coruna, yang pernah menjuarai liga Spanyol musim 1999/2000, dan mencapai semifinal Liga Champions lima tahun berselang.

Prestasi ini menjadi penanda era emas Super Depor arahan Javier Irureta, yang dimotori trio Juan Valeron-Diego Tristan-Alberto Luque. Saat ini, mereka berlaga di kasta kedua liga Spanyol.

Di Negeri Big Ben, ada dua tim yang pernah meraih trofi liga Premier Inggris, meski memulai perjalanan sebagai tim underdog. Tim pertama adalah Blackburn Rovers, dan yang kedua adalah Leicester City.

Blackburn berhasil meraih trofi juara Liga Inggris musim 1994/1995, kala diasuh Kenny Dalglish dan dibintangi duet penyerang Alan Shearer-Chris Sutton. Sementara itu, Leicester City berhasil mencapai prestasi serupa musim 2015/2016 silam bersama Claudio Ranieri.

Saat ini, kedua tim mengalami nasib berbeda. Rovers berlaga di Divisi Championship (kompetisi kasta kedua liga Inggris), sementara Leicester City masih eksis di kasta tertinggi. Meski hanya sekali, kesuksesan kedua tim tetap spesial, karena mereka mencapainya sebagai tim non-unggulan.

Warna abu-abu juga ikut mewarnai sepak bola di level antarnegara. Di negara-negara dengan prestasi mentereng, hanya juara yang cenderung diingat, dan dijadikan "benchmark" untuk generasi selanjutnya.

Di Brasil, ada Pele yang jadi "benchmark" pemain nomor 10, seperti halnya Maradona di Argentina. Keberhasilan mereka menginspirasi kemenangan negara masing-masing di Piala Dunia, masih menjadi standar paten sampai sekarang.

Sementara itu, di negara yang prestasinya cenderung biasa saja, status "legenda" minimal bisa diraih, jika ia menjadi pencetak gol terbanyak, atau penampil terbanyak di timnas. Meski begitu, status ini kadang masih "debatable", terutama jika prestasi yang diraih cenderung biasa saja.

Satu-satunya cara membuat status "legenda timnas" itu paten, adalah membuat prestasi bagus di kompetisi internasional, entah di level benua atau dunia. Misalnya, ada Asamoah Gyan (Ghana), Roger Milla (Kamerun) atau Ahn Jung Hwan (Korea Selatan), yang sukses membawa timnas masing-masing melaju jauh di ajang Piala Dunia.

Pada kasus istimewa, ada Johan Cruyff yang mengubah wajah timnas Belanda, dari yang sebelumnya "antara ada dan tiada" menjadi diperhitungkan, berkat aksi ciamiknya di Piala Dunia 1974.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun