Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia? Lupakan Saja!

10 September 2019   23:15 Diperbarui: 11 September 2019   04:03 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena, dalam dua laga kandang saja, Timnas Indonesia selalu kalah dan selalu kebobolan tiga gol. Apa jadinya jika mereka nanti bermain tandang?

Memang, kekalahan melawan Thailand merupakan hasil efek lanjutan dari kekalahan atas Malaysia. Mental para pemain belum sepenuhnya pulih, karena pertandingan itu cukup menguras tenaga dan mental, dengan insiden aksi anarkis oknum suporter Timnas sebagai pelengkap bencana.

Boleh dibilang, Timnas Indonesia menjamu Thailand dengan modal seadanya. Padahal, Thailand datang dengan kekuatan penuh, dan ditangani Akira Nishino, pelatih berpengalaman asal Jepang. Prestasi Nishino sendiri tak sembarangan; ia sukses mengantarkan Timnas Jepang ke babak perdelapan final Piala Dunia 2018.

Jadi, kita harus mengakui, Timnas kali ini kalah kelas dengan Thailand. Dari sini saja, kita bisa melihat bersama, melawan Malaysia dan Thailand saja kita sudah kewalahan. Apa jadinya kalau nanti menghadapi tim kelas Asia apalagi dunia? Padahal kita semua tahu, tim-tim langganan peserta Piala Dunia dari Asia kerap jadi bulan-bulanan tim kelas dunia.

Jelas, tak ada yang pantas dijadikan "terdakwa tunggal" atas kekalahan Timnas Indonesia kali ini. Karena, ini adalah buah dari tata kelola sepak bola nasional yang secara keseluruhan (masih saja) amburadul. Selama masih begini terus, hasil negatif adalah hal rutin.

Jadi, selama situasi belum membaik, kita hanya perlu menikmati aksi Timnas Indonesia di lapangan hijau tanpa terlalu banyak berharap, karena dengan kualitas aktual sepak bola nasional saat ini, momen paling membanggakan hanyalah saat lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang jelang kick off.

Selebihnya, kalaupun Tim Garuda bisa lolos ke putaran final turnamen mayor (misal Piala Asia), kita tak layak  memasang target muluk. Maklum, bisa lolos kualifikasi saja sudah luar biasa.

Meski kurang mengenakkan, kita harus mengakui, kualitas aktual persepakbolaan nasional sudah mulai tertinggal, bahkan di level Asia Tenggara. Ini menjadi "PR" PSSI dan semua pihak terkait, untuk segera mulai berbenah. Jika tidak, Timnas Indonesia akan makin tertinggal. Memang akan sulit di awal, tapi jika tak ada yang memulai, tak akan ada hasil yang didapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun