Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Sebuah Ruang Bebas

10 Agustus 2019   23:07 Diperbarui: 10 Agustus 2019   23:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dribbble.com)

Bicara soal menulis, tiap orang tentu punya cerita dan proses masing-masing, terkait bagaimana perkenalan awal dan perjalanan mereka dengan aktivitas satu ini. Ada yang memulainya dengan serius dan terencana, ada juga yang memulainya tanpa sengaja, dan berjalan mengalir begitu saja.

Saya sendiri termasuk dalam golongan kedua. Awalnya, saya lebih tertarik membaca, yang notabene hobi saya sejak sekolah dasar. Perkenalan awal saya dengan dunia tulis-menulis (secara serius) baru terjadi sekitar tiga tahun lalu. Berawal dari sebuah obrolan santai bersama seorang teman lama (yang saat itu berprofesi sebagai wartawan lepas), godaan untuk menulis lalu datang, dan tak kuasa saya tolak.

Alasannya sangat sederhana, menulis memberi saya satu ruang bebas untuk mengungkapkan pikiran saya di berbagai topik, tanpa melihat kondisi fisik saya. Menulis tak pernah melihat seperti apa kondisi tubuh kita, ia justru mengajak kita untuk mau menampilkan secara gamblang, bagaimana isi hati dan pikiran kita sesungguhnya.

Bagi saya, inilah bagian paling menyenangkan dan membebaskan dari menulis. Dari sini, saya justru bisa menceritakan keadaan diri tanpa malu-malu, seperti yang pernah saya tuliskan di Kompasiana dalam beberapa kesempatan.

Awalnya, saya menjadikan menulis sebagai sebuah candu layaknya segelas kopi, tapi seiring berjalannya waktu dan perubahan situasi, cara pandang saya ikut berubah.

Menulis menjadi satu ruang bebas untuk bersenang-senang dan berekspresi, tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk melepas kepenatan rutinitas sehari-hari.

Selama masih bisa menulis, itu sudah cukup. Tak perlu aktivitas "sophisticated" seperti jalan-jalan ke luar negeri, dugem atau berbelanja barang bermerek di mall, karena dengan menulis, kita sudah memanjakan diri kita. Apa yang terpendam dalam hati sudah terbebaskan dalam tulisan. Inilah yang membuat saya selalu merasa lega tiap kali tulisan selesai.

Di sini, saya menemukan, menulis adalah satu cara memanjakan diri paling murah sekaligus menyenangkan. Murah, karena kita bisa melakukannya di manapun, tanpa perlu memakai peralatan khusus berharga wah. Cukup memakai gawai atau apapun yang bisa dipakai untuk menulis, selama "lampu bohlam" ide menulis dalam kepala masih menyala, semua akan baik-baik saja.

Menyenangkan, karena menulis, pada prosesnya, akan mengajak kita mengobrol dengan diri sendiri, layaknya mengobrol dengan sahabat lama.

Pada titik ini, kita akan diajak untuk tetap bersikap "santuy", jika teman-teman yang biasa menjadi teman ngobrol kita sedang berhalangan, entah karena sibuk atau sebab lainnya.

Bagaimanapun, teman kita juga punya kehidupan pribadi masing-masing. Jadi wajar jika mereka tak bisa selalu bersama kita.

Saya sendiri secara jujur harus mengakui, sejak tinggal di ibukota sebagai seorang anak kost yang bekerja, intensitas menulis saya tak setinggi dulu.

Meski begitu, perasaan saya pada tulis-menulis masih sama, karena bagi saya menulis itu kebebasan paling menyenangkan. Menulis juga menjadi rem ampuh untuk saya bisa tetap berhemat tanpa lupa bahagia.

Soal bagaimana progres saya di dunia tulis-menulis nanti, saya memilih bersikap bodo amat. Saya tak punya obsesi menjadi penulis top atau semacamnya. Semuanya saya mulai dan berjalan begitu saja tanpa rencana, alamiah.

Satu-satunya hal yang saya yakini adalah, jika seseorang sudah diizinkan memulai perjalanan di dunia tulis-menulis, ia hanya perlu membiarkan hati dan pikirannya bergerak bebas (tapi waras) dalam apapun yang ingin ditulis. Pada saatnya nanti, tulisannya-lah yang akan menuntun sejauh mana perjalanan seseorang sebagai "penulis".

Tentunya, setiap "penulis" punya fase perjalanan masing-masing yang tak akan sama persis. Ada yang terlihat "cepat" ada juga yang terlihat "pelan", tapi seperti halnya kehidupan, tak ada yang terlalu cepat atau lambat dalam menulis. Semuanya "tepat waktu" sesuai porsi masing-masing. Kita hanya perlu menjalani dan menikmatinya, karena pada dasarnya menulis itu simpel. Satu-satunya tantangan tersulit dalam menulis adalah membuat tulisan simpel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun