Saya sendiri secara jujur harus mengakui, sejak tinggal di ibukota sebagai seorang anak kost yang bekerja, intensitas menulis saya tak setinggi dulu.
Meski begitu, perasaan saya pada tulis-menulis masih sama, karena bagi saya menulis itu kebebasan paling menyenangkan. Menulis juga menjadi rem ampuh untuk saya bisa tetap berhemat tanpa lupa bahagia.
Soal bagaimana progres saya di dunia tulis-menulis nanti, saya memilih bersikap bodo amat. Saya tak punya obsesi menjadi penulis top atau semacamnya. Semuanya saya mulai dan berjalan begitu saja tanpa rencana, alamiah.
Satu-satunya hal yang saya yakini adalah, jika seseorang sudah diizinkan memulai perjalanan di dunia tulis-menulis, ia hanya perlu membiarkan hati dan pikirannya bergerak bebas (tapi waras) dalam apapun yang ingin ditulis. Pada saatnya nanti, tulisannya-lah yang akan menuntun sejauh mana perjalanan seseorang sebagai "penulis".
Tentunya, setiap "penulis" punya fase perjalanan masing-masing yang tak akan sama persis. Ada yang terlihat "cepat" ada juga yang terlihat "pelan", tapi seperti halnya kehidupan, tak ada yang terlalu cepat atau lambat dalam menulis. Semuanya "tepat waktu" sesuai porsi masing-masing. Kita hanya perlu menjalani dan menikmatinya, karena pada dasarnya menulis itu simpel. Satu-satunya tantangan tersulit dalam menulis adalah membuat tulisan simpel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H