Alhasil, baik Argentina maupun Cile sama-sama harus bermain dengan sepuluh orang sampai pertandingan usai. Sebelumnya, Messi hanya mampu mencetak satu gol, itu pun dari titik putih, ke gawang Paraguay.Â
Kisah Messi di Copa America kali ini semakin suram, karena ia menolak hadir di momen pengalungan medali perunggu. Tanda-tanda pensiun (lagi)kah? Entahlah.
Tapi, andai Messi benar-benar pensiun dari Timnas Argentina (tanpa pernah kembali lagi), seharusnya itu bukan hal yang layak ditangisi. Karena, meski dirinya adalah seorang pemain bintang, nyatanya ia kerap tampil seadanya di turnamen mayor.Â
Akibatnya, Tim Tango masih belum bisa meraih trofi juara, entah di tingkat benua maupun dunia. Terakhir kali Argentina meraih trofi juara adalah di Copa America 1993, kala dilatih Alfio Basile dan dimotori Gabriel "Batigol" Batistuta.
Jadi, daripada meratapi (lagi) keputusan pensiun Messi, ada baiknya Tim Tango mul menyiapkan diri untuk bisa hidup tanpa Messi. Lebih baik punya sekumpulan pemain "biasa" yang mau mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai tim dan individu, daripada punya "superstar" yang kerap tampil seadanya.
Rentetan cerita muram Messi di Timnas Argentina menjadi contoh aktual, sehebat apapun kemampuan seorang bintang, ia akan kesulitan bersinar, jika tak ada rekan setim, atau sistem permainan, yang mampu mengakomodasi kemampuannya secara memadai. Bagaimanapun, sepak bola adalah olahraga tim, bukan perorangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H