Hal inilah, yang seharusnya perlu dilakukan, untuk mewujudkan revolusi PSSI secara nyata. Untuk itu, perlu ada perubahan pola pikir, bahwa yang sebenarnya bermasalah di PSSI adalah organisasinya secara keseluruhan, Â bukan hanya ketuanya. Masalah inilah yang menjadi penyebab utama progres sepak bola nasional jalan di tempat, bahkan mulai tertinggal di level Asia Tenggara.
Perubahan radikal di PSSI sendiri sebenarnya sudah sangat mendesak, karena PSSI saat ini sudah usang. Saat didirikan pada tahun 1930, PSSI menjadi wadah pemersatu bangsa, untuk menentang penjajah Belanda lewat olahraga, dan diisi oleh sosok berdedikasi tinggi. Tapi, semakin kesini, PSSI justru menjadi sumber masalah buat sepak bola nasional. Jelas, PSSI perlu pembaruan total.
Tapi, berhubung cara pembekuan PSSI terbukti tak efektif, kita semua bisa berharap banyak pada Satgas Antimafia Bola, yang saat ini sedang menangani kasus dugaan pengaturan skor di sepak bola nasional. Dari sinilah, masalah kebobrokan PSSI dapat dibersihkan, tanpa harus menghadapi ancaman sanksi FIFA.
Jika sudah bersih, kita bisa berharap, PSSI di masa depan bisa lebih baik, dan diisi oleh para profesional di bidangnya, bukan para mafia. Dengan demikian, sepak bola nasional bukan lagi menjadi "biang kerok", dan kita tak perlu lagi memutar sebuah "lagu lama kaset kusut" berjudul "Revolusi PSSI".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H