Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Garuda Select", Program Baru Rasa Lama

15 Januari 2019   17:20 Diperbarui: 15 Januari 2019   17:25 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai 15 Januari 2019, PSSI mengirimkan 24 pemain U-16 berlatih di Inggris, dalam tajuk program "Garuda Select". Mereka umumnya terdiri dari eks pemain Timnas Indonesia U-16 dan jebolan klub kontestan Liga 1 U-16. 

Tak heran, nama-nama seperti Bagus Kahfi (kini dikontrak Barito Putera), Sutan Zico (Persija Jakarta), dan Amanar Abdillah (Persib Bandung) ikut berangkat ke Inggris.

Di Inggris, mereka akan dibimbing oleh Dennis Wise (eks pemain Chelsea) dan Des Walker (eks pemain Sampdoria, kini pelatih Tim Junior Derby County). 

Keduanya masing-masing akan bertugas sebagai Direktur Teknik dan Pelatih Kepala selama Sutan Zico dkk berada di Inggris hingga bulan Mei 2019 mendatang. Selain itu, PSSI juga mengirim Bima Sakti (pelatih Timnas U-16) ke Inggris, untuk memperdalam ilmu kepelatihan.

Sekilas, program besutan PSSI dan SuperSoccer TV ini terlihat baru. Karena, para pemain muda kita dikirim ke Inggris, negara yang kompetisi liga domestiknya sedang berada di puncak popularitas, dalam usia yang masih selevel pemain tim junior. 

Di sini, kita bisa melihat bersama, Sutan Zico dkk diharapkan bisa belajar banyak dari program ini, baik di dalam maupun di luar lapangan. Harapannya, saat nantinya pulang ke Tanah Air, kualitas mereka sudah lebih baik, dan bisa menjadi pemain masa depan Timnas Indonesia, dengan target terdekat tampil di Piala Asia U-19 tahun 2020.

Tapi, jika melihat durasi program dan polanya, Garuda Select hanya sebuah repetisi, dari program sejenis yang sebelumnya pernah diadakan PSSI, yakni PSSI Primavera, PSSI Baretti, dan SAD. PSSI Primavera dan Baretti diadakan di Italia, pada tahun 1993-1996, sementara SAD diadakan di Uruguay, pada tahun 2008-2013. 

Seperti Garuda Selection, dua proyek PSSI ini sama-sama bertujuan "menyekolahkan" pemain muda berbakat asal Indonesia, untuk mengasah kemampuan di luar negeri dalam jangka pendek (rata-rata satu tahun). Sekembalinya ke Indonesia, mereka diharapkan dapat menjadi pemain andalan Timnas Indonesia, dan meraih gelar juara.

Oke, dari proyek PSSI di Italia dan Uruguay ini, ada beberapa pemain yang pada akhirnya menjadi anggota Timnas senior, misalnya Kurnia Sandy, dan Kurniawan Dwi Yulianto (PSSI Primavera), Elie Aiboy dan Uston Nawawi (PSSI Baretti), dan Hansamu Yama (SAD Uruguay). 

Tapi proyek PSSI ini bisa dibilang tak terlalu sukses, karena Timnas Indonesia masih kering prestasi juara. Malah, kebanyakan pemain lulusan proyek ini pada akhirnya hanya bermain di Indonesia. Kalaupun ada yang bermain di luar negeri, kiprahnya di luar negeri relatif sebentar.

Berangkat dari situasi inilah, saya tak akan kaget, seandainya cerita muram seperti pada proyek PSSI di Italia dan Uruguay nantinya terulang lagi pada proyek PSSI di Inggris. Karena, PSSI masih saja berpola pikir instan. 

Oke, para pemain yang dikirim ke Inggris ini jelas akan mendapat banyak pelajaran berharga. Tapi, jika pada akhirnya mereka kembali, dan hanya bermain di Liga 1 (atau kasta dibawahnya), saya rasa proyek ini mubazir. 

Kalau sudah begitu, apa bedanya kualitas pemain "jebolan proyek PSSI", dengan pemain "jebolan SSB lokal"? Apa gunanya mereka dikirim jauh-jauh ke Inggris, kalau pada akhirnya hanya bermain di kandang sendiri?

Mungkin, pengandaian saya ini terlalu keras, sayangnya realita di masa lalu memang menunjukkan cerita muram seperti pengandaian di atas. Dari masa ke masa, proyek "sekolah pemain" jangka pendek ala PSSI terbukti hanya sukses menghasilkan banyak biaya. Anehnya, meski sudah berkali-kali terjadi, PSSI masih saja belum kapok.

Seharusnya, daripada menghabiskan banyak biaya untuk membuat "proyek mercusuar" semacam ini, PSSI lebih baik menyeriusi peningkatan kualitas kompetisi Liga 1 U-21 atau level usia dibawahnya, yang saat ini sudah berjalan, supaya kualitas pemain muda kita semakin baik, tanpa harus dikirim "studi banding" ke luar negeri.

Lagipula, kemampuan bermain seorang pesepakbola tak hanya dibentuk dari satu kali "studi banding" selama beberapa bulan. Kemampuan mereka dibentuk dari serangkaian latihan keras dan pengalaman bertanding selama bertahun-tahun. 

Proses panjang inilah, yang pada akhirnya membentuk seorang pemain menjadi pemain berkualitas, dengan level konsistensi relatif awet tidak instan. Ibarat buah, mereka matang secara alami, bukan hasil karbit. Buah yang matang alami, rasanya selalu lebih enak, dibanding buah karbitan. Betul kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun