Mengenaskan. Begitulah kira-kira gambaran sederhana dari kiprah singkat Julen Lopetegui di Real Madrid. Memang, awalnya eks pelatih Timnas Spanyol ini dipandang sebagai opsi menjanjikan buat El Real, saat dirinya ditunjuk sebagai pengganti Zinedine Zidane. Karena, selain punya catatan tak terkalahkan bersama Timnas Spanyol, gaya main Lopetegui juga enak dilihat.
Hal inilah yang membuat Florentino Perez tanpa ragu memilih Lopetegui. Karena, gaya main eks pelatih FC Porto ini dianggap sesuai dengan ambisi besar Perez. Seperti diketahui, Perez cukup mendambakan El Real tak hanya sebatas menang, tapi menang dengan gaya main yang enak dilihat.
Sayangnya, kiprah Lopetegui di Santiago Bernabeu dimulai dengan dua masalah serius. Pertama, kedatangannya di Bernabeu dimulai dengan kontroversi, dengan dirinya dipecat oleh RFEF (PSSI-nya Spanyol), setelah kedapatan menjalin kontak dengan Real Madrid, dan diresmikan sebagai pelatih Los Blancos, tanpa sepengetahuan RFEF.
Kejadian jelang dimulainya Piala Dunia 2018 ini, membuat situasi Timnas Spanyol menjadi kacau balau. Dengan Fernando Hierro ditugaskan sebagai pelatih interim, Spanyol yang tadinya menjadi salah satu tim unggulan turnamen, malah tampil buruk, di Rusia. Mereka hanya mampu meraih satu kemenangan, sebelum akhirnya tersingkir di babak perdelapan final, setelah kalah adu penalti melawan Rusia.
Boleh dibilang, Lopetegui memulai kiprahnya di Real Madrid, dengan diiringi sumpah serapah publik sepak bola Spanyol. Karena, ia datang ke Real Madrid dengan membawa kontroversi seputar pemecatan dirinya, yang ternyata berdampak negatif buat Tim Matador. Tapi, apa boleh buat, semua sudah terlanjur terjadi. Lagipula, bagi seorang pelatih, tawaran klub sekelas El Real terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Kedua, El Real membuat blunder fatal di bursa transfer pemain, dengan melepas Cristiano Ronaldo ke Juventus. Superstar Portugal ini dilepas, setelah performanya dianggap menurun di musim lalu. Padahal, ia masih mampu membantu El Real mencatat hat-trick juara Liga Champions.
Gawatnya, Si Putih malah gagal mendapatkan pengganti sepadan. Memang, mereka membidik Neymar dan Eden Hazard sebagai target utama. Tapi, PSG dan Chelsea kompak menolak tawaran El Real. Mereka malah mendaratkan Thibaut Courtois (kiper timnas Belgia) dari Chelsea, dan memulangkan Mariano Diaz dari Olympique Lyon, dengan mengaktifkan klausul pembelian kembali.
Dari sini saja, kita bisa melihat, seberapa kacau persiapan Real Madrid menyambut musim ini. Terbukti, dalam laga debut kompetitif bersama Lopetegui, mereka kalah dengan skor 2-4 dari Atletico Madrid di ajang Piala Super Eropa.
Meski sempat mencatat awalan performa bagus di La Liga dan Liga Champions, penyakit kronis El Real akhirnya tak bisa disembunyikan lagi, terutama di tujuh pertandingan terakhir mereka. Secara mengenaskan, Los Merengues hanya mampu mencatat total satu kemenangan, satu hasil imbang, dan 5 kekalahan.
Memang, di bawah arahan Julen Lopetegui, Real Madrid konsisten menampilkan permainan menyerang, dan unggul secara statistik. Tapi, buruknya kualitas penyelesaian akhir membuat mereka justru terpuruk. Puncaknya, mereka harus rela terperosok ke papan tengah klasemen sementara La Liga Spanyol, setelah kalah 1-5 atas tuan rumah Barcelona, yang tak diperkuat Lionel Messi, dalam laga bertajuk El Clasico, Minggu, (28/10).
Laga di Estadio Camp Nou ini, ternyata menjadi laga terakhir Lopetegui bersama Real Madrid. Karena, Senin, (29/10, waktu Spanyol) Lopetegui akhirnya dipecat, dan posisinya digantikan oleh Santiago Solari (Argentina, eks pemain Real Madrid, sebelumnya pelatih Tim B Real Madrid). Tentunya, ini adalah satu langkah darurat yang terpaksa diambil El Real, mengingat situasi mereka saat ini sudah cukup gawat.
Tapi, ada sedikit aroma nostalgia dari penunjukan Solari sebagai pelatih El Real, setidaknya hingga akhir musim ini. Karena, mereka sempat sukses besar saat mempromosikan Zinedine Zidane dari Tim Real Madrid B, awal tahun 2016 silam. Agaknya, Real dan Perez sama-sama berharap, kisah sukses Zizou kembali terulang lewat Solari, yang kebetulan adalah rekan setim Zizou saat masih bermain di Real Madrid.
Hanya saja, kali ini situasinya lebih rumit. Karena, Real Madrid tak lagi punya sosok pembeda seperti Cristiano Ronaldo. Jadi, bisa dipastikan, pekerjaan Solari akan cukup berat di Real Madrid.
Mampukah Real Madrid melewati masa krisis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H