Selain itu, Chelsea juga didukung penuh oleh Roman Abramovich, sang pemilik klub, yang tak segan mengeluarkan dana fantastis untuk membeli pemain bintang. Berkat taipan minyak asal Rusia inilah, sejak tahun 2003, Chelsea bertransformasi, dari klub yang sempat terlilit utang, menjadi klub yang begitu royal.
Hal ini tentu agak sulit dilakukan PSG, Chelsea, dan City tiap musimnya, karena kini ada aturan "Financial Fair Play" dari UEFA, yang mengontrol betul aspek keseimbangan neraca finansial tiap klub. Jika sampai dilanggar, maka klub akan dilarang tampil di kompetisi Eropa, atau terkena embargo transfer selama periode tertentu.
Menariknya, dua wajah klub besar jaman now ini membuktikan, selain faktor dukungan finansial, untuk bisa bersaing di level tertinggi, sebuah tim juga harus punya mental bertanding yang cukup kuat. Tapi, keduanya punya sisi berlawanan.
Karena, meski uang bisa menciptakan sebuah tim bertabur bintang dalam sekejap, mental bertanding di level tertinggi tak bisa demikian. Ia hanya tercipta, melalui tempaan proses dan waktu yang tak sebentar, dengan didahului sejumlah kegagalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H